Jumat, 22 Juni 2007

Wanita Di Tengah Arus Budaya Hedonistik

Wanita di Tengah Arus Budaya Hedonistik

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu bertingkah laku seperti orang jahiliyyah yang dahulu. Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hendak bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahl al Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

- Al Ahzab : 33 -

Kajian tentang wanita adalah kajian yang paling banyak mengundang kontroversi. Wanita sering dianggap sebagai manusia kelas dua. Segala haknya banyak dirampas oleh kaum lelaki. Wanita bukanlah para pembuat keputusan, tetapi menjalankan keputusan. Tidak ada satu peradaban manusiapun yang betul-betul objektif dalam menempatkan wanita dalam hidup dan kehidupan mereka. Peradaban Cina menempatkan wanita sebagai warga kelas dua, demikian pula peradaban India, Romawi, Yunani dan bahkan peradaban Arab. Anehnya doktrin agama juga memiliki bias yang memposisikan wanita secara negatif.

Agama Kristen misalnya, menyebutkan bahwa wanita adalah penyebab jatuhnya Adam dari syurga. Demikian juga agama Yahudi. Bias pemahaman seperti itu juga terdapat dalam pemahaman segolongan umat Islam.

Akhirnya secara masif dikatakan bahwa tidak ada yang dapat melakukan pembelaan kepada kehidupan wanita kecuali wanita itu sendiri.

Wanita di Tengah Arus Budaya Barat

Barat adalah pewaris tunggal peradaban Yunani dan Romawi. Dua peradaban itu adalah peradaban yang concern melakukan pemujaan kepada kebendaan dan budaya syahwat. Wanita termasuk bagian penting ritual pemujaan pada syahwat bagi kedua kebudayaan tersebut. Secara khusus Barat melakukan pemberontakan kepada agama. Barat membuang moral agama dari seluruh kemajuan peradabannya. Barat mengeringkan teknologi dari agama dan moralnya, dan sampai sekarang ini Barat masih tetap apriori terhadap segala aktifitas agama.

Dalam kaitannya dengan wanita, Barat sepenuhnya mewarisi pandangan peradaban Yunani dan Romawi. Wanita dipelihara sebagai makhluk pemuas syahwat. Dan oleh karena itu wanita harus cantik, seksi dan tidak boleh tua. Jika Rene Descartes mengatakan “Cogito ergo sum” yang artinya “Aku berfikir maka aku ada”. Maka untuk wanita dikembangkan filosofi “Aku cantik dan seksi maka aku ada” atau “Aku bersolek maka aku pede”.

Peradaban Barat menuduh agama telah memenjarakan wanita demikian lama untuk akhirnya menjadi manusia yang bukan manusia. Pemenjaran itu telah menyebabkan wanita dieksploitasi habis-habisan oleh kaum lelaki. Kulminasinya adalah revolusi industri di Inggris dimana banyak sekali wanita yang keluar dari rumahnya dan bekerja di pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Ketika akhirnya telah mampu mengeliminir pengaruh Kristen dalam masyarakatnya, peradaban Barat akhirnya mulai melihat Islam sebagai ancaman satu-satunya bagi keberlangsungan pengaruhnya. Kontak peradaban Barat Kristen telah menimbulkan ketegangan yang hari ini malah menunjukkan puncaknya. Barat ingin mengukuhkan supremasi sebagai peradaban yang paling manusiawi dan paling membela wanita.

Barat telah berhasil menjadikan wanita sebagai manusia bebas, bebas melakukan apa saja yang ia maui. Bebas untuk tampil seksi, bebas untuk memamerkan aurat sesuka hatinya. Bebas untuk menikah atau tidak, bebas untuk bekerja kapan dan dimana saja. Dari seluruh kebebasan dimaksud, Barat benar-benar menempatkan manusia sebagaimana peradaban Yunani dan Romawi menempatkannya. Wanita dikagumi karena keseksian dan kebahenolan fisiknya. Wanita juga dipuja karena kepintarannya memuaskan syahwat lelaki.

Ghazwul Fikri Sarana Menghancurkan Wanita Muslimah

Barat adalah pemilik peradaban yang paling berpengaruh dewasa ini. Walau disana-sini sudah dirasakan kebangkrutan peradaban ini, manun Barat mencoba untuk tetap mengukuhkan supremasinya. Dan untuk itu ia sanggup melakukan apa saja yang mungkin. Sebagaimana telah dikatakan bahwa satu-satunya yang dikira dapat mengganjal supremasi Barat adalah Islam, maka Islam harus dihancurkan. Dan salah satu sasaran bidiknya adalah wanita muslimah.

Adapun cara-cara yang paling mungkin adalah melalui ghazwil Fikri (perang pemikiran). Adapun maksud serangan pemikiran ini adalah menghancurkan kesadaran kaum muslim terhadap agamanya dan menggantinya dengan kesadaran mereka. Untuk menghancurkan kesadaran umat terhadap agamanya adalah dengan cara menjauhkan al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pemikiran, sikap dan amal umat Islam. Umat juga dijauhkan dari sirah, turats (warisan budaya) dan bahasa Arab.

Sementara itu cara-cara yang digunakan dalam ghazwul fikri adalah:

1. Tasykik, yaitu menimbulkan keraguan dalam jiwa kaum muslimin terhadap agamanya.

2. Tasywih, yaitu pengaburan. Caranya dengan memberikan gambaran buruk tentang Islam untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam.

3. Tadzwib, yaitu pelarutan, pencampuran atau talbis antara pemikiran budaya Islam dengan pemikiran dan budaya jahiliyah

4. Taghrib, atau pembaratan yaitu mendorong kaum muslimin untuk menyenangi dan menerima pemikiran, kebudayaan, gaya hidup dan apa saja yang datang dari Barat.

Keempat cara itu menunjukkan betapa serius dan sistematisnya cara yang mereka tempuh. Sementara hasil yang ingin dicapai adalah memurtadkan umat Islam dari agamanya. Baik dalam pemikiran agama, sikap maupun amal mereka. Dalam kaitan dengan wanita muslimah, ghazwul fikri dilakukan dengan cara yang lebih mematikan. Wanita muslimah dimanjakan melalui begitu banyak perilaku glamour. Sikap binal diidentikkan sebagai kemampuan human relation, dan memamerkan aurat dianggap sebagai satu kewajaran. Filosofinya “Berbahagialah Anda yang memiliki tubuh indah dan tampillah dengan percaya diri dengan menunjukkannya kepada siapa saja”.

Wanita muslimah akhirnya tidak tahu apa yang seharusnya dilakukannya berdasarkan petunjuk agamanya. Mereka akhirnya menuduh agamanya sebagai sesuatu yang berat dan memberatkan. Atau ibarat orang tua yang terlalu cerewet pada anaknya. Tidak sedikit wanita muslimah yang memasrahkan dirinya untuk dibina oleh peradaban Barat ketimbang peradaban agama. Belakangan pemberontakan yang mereka lakukan malah sudah menjurus menjadi penyerangan terhadap agama. Tidak sekali dua wanita muslimah mejeng di majalah porno atau apapun namanya guna mempertontonkan auratnya. Melalui siaran televisi ataupun iklan, para wanita muslimah berbondong-bondong untuk saling berlomba tampil modis dengan sedikit menunjukkan belahan dada atau berpakaian yang menutup seluruh tubuhnya namun dengan balutan super ketat sehingga menonjolkan seluruh bagian penting tubuhnya. Filosofinya adalah “bagian tubuhku yang penting adalah bagian tubuh yang penting untuk dipamerkan”.

Kerudung Gaul, Antara Berpakaian atau Telanjang

Satu hal yang patut disoroti adalah banyaknya wanita sekarang ini yang tampil modis. Abu Ghiffari menyoroti khusus masalah ini dalam buku yang berjudul “Kudung Gaul Berjilbab tapi Telanjang”. Memang sekarang sering ditemukan wanita muslimag dengan kerudung mungil yang melilit di leher. Bibir merah karena gincu serta baju super ketat yang memperlihatkan lekukan tubuh serta garis bra yang menyembul jelas. Sesekali pusarnya terpaksa kelihatan oleh karena pendeknya baju yang mereka kenakan. Ia juga mengenakan celana panjang ketat yang sesekali celana dalamnya menyembul keluar dari pangkal celana panjangnya. Fenomena ini sudah menjamur hampir di segala sudut kesibukan kita. Wanita berkerudung dengan baju ketat dan celana seksi.

Benarkan mereka wanita muslimah? Melihat mereka mengenakan kerudung maka tentu saja mereka adalah muslimah. Tapi apakah mereka berbusana sesuai dengan syariat agama? Maka jawabnya jelas tidak. Mereka inilah yang disebut sebagai telanjang. Mereka inilah korban ghazwul fikri, mereka adalah orang yang mencoba memadukan budaya hedonistik Barat dengan ajaran agamanya. Hasilnya? Ya seperti itulah. Secara syar’i mereka sama sekali tidak memenuhi kriteria syariah dalam berpakaian (Qs al Ahzab : 59). Mereka malah mengukuhkan supremasi Barat sebagai peradaban pemuja keindahan tubuh perempuan.

Adapun sebab wanita muslimah seperti itu yang pertama sekali adalah gagalnya institusi keluarga sebagai sarana tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam). Akibatnya masyarakat mengidap penyakit ‘afwiyah (mudah toleran) dengan segala kerusakan moral. Para perancang mode juga tidak mengerti mencipta busana sesuai edngan aturan syariah atau memang tidak mau mengerti?

Kita Harus Siaga

Sepertinya kita harus segera bersiaga. Penghancuran umat melalui penghancuran wanita adalah upaya jitu dalam merusak umat untuk jangka panjang. Umat Islam harus memiliki kefahaman bahwa ajaran agam mereka memiliki segala kemuliaan yang dibutuhkan oleh manusia. Untuk menjaga keberlangsungan supremasinya Barat membutuhkan kesiapan ekstra untuk menghancurkan Islam dan umatnya.

Para ustadz, ulama, mubaligh dan orang tua seharusnya sudah mulai memngingatkan pentingnya penegakan agama di seluruh sisinya. Jika tidak, maka umat akan hanyut dan kehilangan jati dirinya sendiri. Dan hingga hari ini budaya Barat hanya mampu menjadikan wanita sebagai sosok yang cantik, seksi dan modis tetapi bukan terhormat sebagai manusia.

Wanita Adalah Tiang Negara, Jika Rusak Wanita maka…

Di negeri yang dihuni oleh mayoritas penganut Islam, agama yang memiliki ciri khas universal, integral, dan holistik ini. Ternyata masih saja ada penganutnya yang tidak rela jika agamanya dipakai sebagai sistem anut kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam kehidupan bernegara kelompok ini mengedepankan alasan dengan mengatakan bahwa "agama harus dipisahkan dari negara." Sementara dalam kehidupan masyarakat mereka selalu mengatakan "bahwa agama adalah urusan pribadi yang silahkan siapa saja melakukan atau melanggar agamanya tanpa harus disuruh atau dilarang oleh komunitas masyarakat. Siapa saja bebas mengekspresikan dirinya untuk tidak beragama sekalipun." Inilah pola pikir selurisme yang dianut oleh nyaris mayoritas penduduk dunia.

Kelompok sekularis adalah mereka yang tidak pernah ridho pada agama (Islam). Kasus terakhir adalah kasus "Inul". Terlihat begitu bersemangatnya dukungan yang diberikan oleh kelompok sekuler yang mengatasnamakan kebebasan berekspresi, dalam membela Inul. Ada pula yang menyebut Inul sebagai Reformis, Kartini Baru dan ??? Segala goyang erotis Inul adalah ekspresi seni yang spontan dan sangat luar biasa. Dengan mengedepankan itu semua dan menafikan efek Negatif yang dimunculkan oleh seorang Inul, mereka terus mengeluarkan argumentasi seakan-akan mereka para reformis itu. Persis seperti apa yang dinyatakan Allah dalam al Qur'an tentang orang-orang munafik. "Dan jika dikatakan kepada mereka jangan membuat kerusakan dimuka bumi, mereka malah mengatakan bahwa "Hakikatnya kami sedang membuat kebaikan dimuka bumi. Sesungguhnya tidak, sebenarnya mereka sedang membuat kerusakan, tapi mereka tidak sadar."

Jika saja kelompok yang kemudian mengundang para pengacaranya untuk melakukan pembelaan kepada Inul Cs. Yang nyata-nyata –jika seseorang masih sehat fitrah kemanusiaannya- telah melakukan penghancuran moral wanita Indonesia ke kelas yang paling rendah. Kenapa mereka juga tidak melakukan pembelaan terhadap nasib perempuan yang tertindas atas nama emansipasi. Perempuan yang dipaksa jadi pelacur? Kenapa mereka tidak begitu bersemangat? Saya khawatir mereka sebenarnya memang tidak memiliki iktikad baik, kecuali menatap Inul sebagai amunisi ampuh guna menghancurkan moral anak bangsa lebih jauh lagi.

Kelompok ini juga beramai-ramai menyebut bahwa Inul adalah pahlawan ketika majalah Time

Menjadikan Inul sebagai topik bahasan khusus. Siapa yang mengatakan bahwa ukuran kehormatan anak bangsa ini diliput secara khusus oleh ketika sebuah majalah dari negara teroris -yang selama ini pun tidak pernah mampu memberikan contoh moral yang baik. Bagi ummat Islam, satu duniapun menyatakan sesuatu itu benar, tapi Al Qur'an dan sunnah menyatakan itu buruk, maka seorang mu'min harus berpihak kepada Al Qur'an dan sunnah.

Hal inilah yang coba ditasywih (dikaburkan) oleh kelompok sekuler. Kembali pada kasus Inul, banyak yang mengatakan bahwa kehadiran Inul telah membuat kalangan atas akhirnya cinta dangdut. Pertanyaan saya, siapa kalangan atas dimaksud? Orang berdasi yang selama ini mengatur negara ini. Bukankah mereka ini pula yang kemudian telah menanamkan investasi yang tidak sedikit sehingga akhirnya Indonesia dinobatkan sebagai "The Big Five" negara paling korup di muka bumi? Lantas merekakah yang harus dijadikan barometer kebenaran? Sekali lagi barometer kebenaran adalah Al Qur'an dan al Sunnah bukan mereka. Atau jika direndahkan sedikit, apakah Inul Cs mencerminkan moral Pancasila sesungguhnya? Atau apakah kita sudah harus mencampakkan moral Pancasila ke lubang sampash saja, karena atas nama kebebasan berekspresi kita tidak lagi membutuhkan segala tetekbengek yang bernama "moral". Kita harus mencampakkan segala hal yang berbau moral, karena itulah yang selama ini membuat kita sok suci.

Pertanyaan kedua saya kepada kelompok atas yang mengatakan dulu tidak cinta dangdut namun sekarang mencintai Inul adalah apa betul mereka mencintai dangdut atau Cuma menyenangi goyang Inul yang najis itu. Sehingga persoalannya bukan pada dangdutnya, tapi pada model goyangnya. Sehingga mau nyanyi apa saja, asal goyangnya itu lho!?? Saya hanya menyerukan agar berhentilah untuk mengkhianati nurani sendiri. Karena bukan saja akan berakibat pada hancurnya moral anda tapi juga moral anak cucu anda. Atau cobalah bayangkan jika Inul itu adalah istri atau anak gadis anda?

Di saat negara ini membutuhkan putra putri yang cerdas berkualitas dan bermoral, maka apa yang dapat diharapkan jika kita membiarkan diri kita larut dalam pembenaran perempuan hanya dijadikan sarana eksploitasi syahwat rendah? Memang jawabannya sederhana, tinggal bagaimana anda menatap peran dan fungsi wanita selama ini? Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar: