Jumat, 22 Juni 2007

Umat Islam Dipersimpangan Jalan

Umat Islam di Persimpangan Jalan

Oleh A. Latif Khan

Sejarah Umat Islam yang penuh dinamika sejak pertama kali diasas oleh sang Murabbi Agung Muhammad saw, telah menjadi agama yang paling berpengaruh dewasa ini. pengaruh Islam itu ditandai karena adanya kekuatan normatif dan kekuatan praktis yang ada di dalamnya. Adapun kekuatan normatif itu adalah pertama orisinalitas sumber ajaran Islam yang menjamin tetap dan tidak berubahnya visi dan misi ajaran Islam.

Hal ini dinyatakan dalam surat al Hijr ayat 9 yang berbunyi “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa orisinalitas sumber menjadikan orisinalitas tujuan. Oleh karena itu apa yang telah menjadi tujuan tegaknya Islam di masa nabi saw, tetap menjadi tujuan yang harus diperjuangkan dan diegakkan dewasa ini. Kedua, adalah kesesuaian ajaran Islam dengan fitrah manusia. Ini dinyatakan dalam ar Ruum ayat 30 yang berbunyi “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Prinsip kedua inilah sekaligus menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tetap akan aplicable untuk segala zaman dan ruang. Oleh karena sasaran Islam adalah manusia, mausia tidak boleh dibedakan oleh sebab suku, bahasa atau wilayah teritorial. Jikapun ada perbedaan yang dibenarkan maka itu hanyalah kualitas ketaqwaan saja. Disamping kekuatan normatif tersebut, terdapat kekuatan praktus berupa jumlah umat yang cukup signifikan. Hari ini jumlah umat Islam telah mencapai semilyar lebih, dari jumlah itu mereka hampir dikatakan mendiami seluruh negara-negara di dunia. Di Amerika Serikat jumlah kaum muslimin telah mencapai enam juta dan dianggap sebagai agama paling cepat perkembangannya. Dalam penyebarannya Islam dikenal sebagai agama yang menyebarkan risalahnya secara damai. Islam sangat anti kekerasan sehingga orang yang memeluknya akan menerima Islam terhadap seluruh potensi jiwanya. Inilah kenapa ketika seseorang memilih Islam maka ia akan teguh dan sulit keluar lagi.

Selanjutnya kekuatan praktis yang dimiliki umat Islam adalah wilayah yang menyimpan kekayaan alam dunia dalam jumlah besar. Jika ini mampu dimanfaatkan secara proporsional maka ini akan turut menjadi kekuatan yang menentukan. Disamping itu Tuhan juga telah memberikan garansi kepada Islam untuk tetap ada dan eksis di muka bumi (As shaaf, : 8). Namun garansi ini tak berlaku mutlak kepada penganutnya. Bagi umatnya, eksistensi mereka ditentukan pada bagaimana mensiasati keberlangsungan mereka untuk eksis. Dalam surat Ar Raa’d,13: 11 Allah swt berfirman “Sesunggguhnya Allah tidak akan merubah apa yang ada pada suatu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada pada mereka sendiri”.

Dinamika Umat Islam

Sepanjang sejarah setelah disebarkan pertama kali di bumi Mekah, Islam merupakan agama yang menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun umat Islam sendiri ternyata menunjukkan peran yang fluktuatif. Setelah model masyarakat bermoral langsung dibawah arahan nabi saw dan para sahabat, umat Islam langsung memiliki imperium yang besar dan berpengaruh. Ini ditandai dengan berdirinya dua kerajaan besar yaitu dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah. Keduanya memiliki kontribusi besar, dinasti Umayyah berjasa melakukan ekspansi yang luas dan damai dalam membawakan risalah Islam, sementara dinasti Abbasiyah lebih menguatkan kegiatan ilmiah kaum muslimin. Umat Islam mulai masuk ke forum ilmiah dan terus dikembangkan oleh kaum muslimin terutama yang berada di Andalusia (Spanyol). Puncaknya adalah diterimanya Islam sebagai inspirasi peradaban masyarakat, dan masyarakat muslim dijadikan model bagi masyarakat dunia.

Walau kemudian yang terjadi masyarakat muslim mengalami kemunduran internal, namun hakikat keilmuan itu ditrasfer oleh masyarakat Eropah. Kulminasinya adalah era pencerahan di Eropa (renaissance). Eropa telah mengadopsi warisan keilmuan dari umat Islam dengan membuang moral Islam dari dalamnya, maka sejak itu ilmu dibiarkan berwatak sekuler. Bagaimana dengan umat Islam? walau masih ada beberapa pemerintahan Islam yang menunjukkan adanya supremasi politik Islam, namun kondisi riil umat Islam terus menerus mengalami kemerosotan. Puncak kemerosotan Islam adalah hancurnya supremasi politik yang ditandai hancurnya khilafah Turki Utsmani, dan selanjutnya Islam terpecah menjadi beberapa negara.

Amir Syakib Arsalan dalam buku berjudul Limadza Taakharal Muslimuna wa Limadza Taqaddama Ghairuhum (Kenapa Umat Islam Mundur dan Kenapa Umat Lainnya Maju) menyatakan bahwa umat sekarang mundur karena mereka kehilangan sebab-sebab yang menimbulkan kemajuan mereka pada generasi pertama. Al Syahid Abdullah Azzam dalam buku berjudul al Hijratu wal I’dad mengatakan bahwa kunci keberuntungan umat Islam adalah iman, hijrah dan jihad. Dalam surat al Baqarah ayat 218 dinyatakan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka mengharap rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dalam iman terdapat kekuatan. Seorang yang beriman akan memiliki izzah (harga diri) untuk menyatakan diri. Ia tidak inferior di bawah kekuatan lain. Seorang mukmin adalah mereka yang berani tampil benar ketika yang lain tampil salah. Seorang beriman juga memiliki jiwa tadhiyah (pengorbanan) dan siap menerima konsekuensi keimanan. Sementara orang yang hijrah adalah mereka yang berani meninggalkan segala kesenangan dirinya demi menegakkan agama. Hijrah harus menjadi sikap batin seluruh mujahid. Akhirnya jihad adalah upaya penegakan Islam dalam segala cara yang benar. tiga kekuatan inilah yang mendasari generasi pertama sehingga akhirnya mereka menjadi umat unggulan.

Jika sekarang umat mengalami kemunduran, maka kita harus menoleh kepada kekuatan prinsip yang seharusnya mereka miliki. Umat Islam mengalami dho’fu al aqidah (lemah aqidah). Kelemahan aqidah menyebabkan mereka mudah diombangambingkan ketidakpastian dan mudah digoyang prinsipnya, mudah digoncang isu murahan. Lemah aqidah adalah juga lemah prinsip. Selanjutnya mengalami lemah akhlaq. Nyaris tak ada perilaku umat Islam yang bisa dibanggakan hari ini. perzinahan, NAZA dan kriminalitas adalah bukti lemahnya moral umat sekarang ini.

Selagi umat mengalami penurunan, musuh-musuh mereka justru menunjukkan perlawanan yang nyata dan keras. Namun karena kelemahan umat ini telah begitu parah, mereka tidak sadar lagi perilaku busuk para musuh mereka, bahkan tidak sedikit yang malah bekerjasama dengan usuh Allah guna menghancurkan izzah umat Islam atau semakin mencerai-beraikan persaudaran umat Islam.

Lantas Bagaimana ?

Sangat diperlukan adanya tim yang mereformasi tubuh umat secara jiddiah (serius), mustamiroh (kontinu), dan memiliki ruhul bazli (semangat untuk terus bergerak) dan tadhiyah (pengorbanan).

Tim dimaksud harus mampu menyelesaikan tugas makro dan mikro. Tugas makro adalah mengembalikan kesatuan umat, minimal kebinekaan umat harus diikat oleh satu simbol emosi yaitu izzatul Islam wal muslimin. Dari kesatuan itulah emosi umat kemudian diarahkan untuk mengembalikan keberdayaan mereka di segala sisi. Tentunya ini dapat dilakukan dengan melebarkan pemahaman tentang jihad dan dakwah. Agar menjadi lebih universal dan lebih mengena seluruh elemen umat.

Sementara tugas mikro adalah menyumbat arus kerusakan umat. Umat harus mengkampanyekan pentingnya tarbiyah Islamiyah sampai akhirnya muncul manusia muslim yang berkualitas. Adapaun caranya dapat dilakukan dengan mengembalikan fungsi majlis taklim kepada fungsi utamanya mengembalikan fikroh (pola pikir) umat secara benar. Majlis taklim seharusnya juga menjadi majlis bina dengan visi perubahan umat. Di sini perlu peran optimal dari para dai. Selayaknya mereka menjadi contoh model berislam yang benar. tidak hanya pada mulut mereka tapi pada seluruh aktifitas kehidupan mereka.

Jika saja umat teguh kembali kepada sistem Islam dan patuh menegakkan syariatnya, maka bukan tak mungkin mereka akan mampu mengulang kesuksesan generasi terdahulu. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: