Sabtu, 23 Juni 2007

Memahami Seputar Perlombaan

Bab 1

Memahami Seputar Perlombaan

Ketika berada di Arafah, Umar bin 'Abdul Aziz berkata: "Yang disebut sebagai pemenang pada hari ini (hari Arafah) bukanlah mereka yang pertama kali sampai di sini dengan untanya, melainkan mereka yang diampuni dosa-dosanya."

—Lathaif al-Ma arif: 491—

Seputar makna

Dalam bahasa Arab, perlombaan diistilahkan dengan sibaq. Secara bahasa, sibaq berasal dari kata sabaqa yang berarti "berusaha untuk menjadi yang pertama, baik itu dalam berlari ataupun hal-hal lainnya". Dalam sebuah hadis disebutkan: "Ana sabiqu al-Arabi, wa Shuhaib sabiqu ar-Rum, wa Bilal sabiq al-Habasyah, wa Sulaiman sabiqu al-Furs", kurang lebih artinya"Aku adalah orang Arab pertama yang masuk Islam, sementara Shuhaib adalah orang Turki pertama, Bilal orang Madinah pertama, dan Sulaiman orang Persia pertama yang masuk Islam".

Kata sabiq juga dapat ditemukan dalam Surah Fathir (35) ayat 32 yang berbunyi: "...wa minhum sabiqun bi al-khairat biidznillah" ("... dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dulu berbuat kebaikan dengan izin Allah"). Adapun asbaqu al-qaum ila al- 'amr wa tasdbaqu diartikan dengan orang yangselalu bersegera untuk melaksanakan sesuatu, sedangkan sabaqa'ald qaumih berarti orang yang paling mulia dalam suatu kaum.!

Semua makhluk selalu ingin berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah, baik itu dalam hal:

1. Ibadah, yang meliputi salat, puasa, dan membaca Al-Quran;

2. Muamalah, seperti silaturahmi, berbakti kepada orangtua, berbuat baik kepada tetangga, dan memelihara anak yatim;

3. Akhlak seperti jujur, menjaga amanat, menepati janji, berlaku adil, selalu memaafkan; Ataupun:

4. Adat dan kebiasaan yang meliputi menuntut ilmu, berusaha untuk mendapat rezeki, atau bahkan menikah, asalkan semuanya dengan niat baik.

Oleh karena itu, tujuan sibdq (berlomba) di sini bukan sekadar permainan atau ajang untuk membangga-banggakan diri seperti yang dilakukan oleh anak-anak atau orang-orang yang selalu haus akan kekuatan dan kekuasaan. Berlomba di sini tujuan utamanya adalah untuk mencapai surgayang begitu luas, sebagaimana yang tertulis dalam Surah Al-Hadid (57) ayat 21 yang artinya: "... dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.2

Mengapa berlomba?

Allah telah memerintahkan seluruh kaum Muslim dan Muslimat untuk melakukan sibdq ini, sebagaimana yang difirmankan oleh-Nya:

(#þqà)Î/$y 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB óOä3În/§ >p¨Yy_ur $pkÝÎötã ÇÚöyèx. Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ôN£Ïãé& šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î#ßâur 4 y7Ï9ºsŒ ã@ôÒsù «!$# ÏmÏ?÷sム`tB âä!$t±o 4 ª!$#ur rèŒ È@ôÒxÿø9$# ÉOÏàyèø9$# ÇËÊÈ

"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surgayang luas­nya seluas langit dan bumi" (QS Al-Hadid [57]: 21);

* (#þqããÍ$yur 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ôN£Ïãé& tûüÉ)­GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi" (QS Ali Imran [3]: 133);

9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î/ ª!$# $·èŠÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÍÑÈ

"Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan" (QS Al-Baqarah [2]: 148);

¼çmßJ»tFÅz Ô7ó¡ÏB 4 Îûur y7Ï9ºsŒ ħsù$uZoKuù=sù tbqÝ¡Ïÿ»oYtGßJø9$# ÇËÏÈ

"... dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba" (QS Al-Muthaffifm [83]: 26);

tbqà)Î7»¡¡9$#ur tbqà)Î7»¡¡9$# ÇÊÉÈ y7Í´¯»s9'ré& tbqç/§s)ßJø9$# ÇÊÊÈ

"Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga), mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah)," (QS Al-Waqi'ah [56]: 10-11).

Begitu juga dalam beberapa hadis ditemukan perintah Nabi Saw. untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Di antaranya adalah sebuah hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam membaca dan menghafal Al-Quran. Beliau bersabda: "Dika-takan kepada orang yang hafal Al-Quran (pada Hari Kiamat): 'Bacalah Al-Quran sebagaimana engkau membacanya di dunia, kemudian naiklah (ke surga) seiringdengan bacaanmu. Sesungguhnya tempatmu (di surga) sesuai dengan ayat terakhir yang engkau baca".3

Atau, perintah untuk salat pada (barisan) pertama sebagaimana sabda beliau: "Seandainyasaja orang-orang tahu (apa yang dijanjikan) dalam setiap panggilan (adzan) dan shaf pertama (dalam jamaah salat), dan mereka tidak bisa meme-nuhinya kecuali dengan merangkak, niscaya mereka akan (da-tang untuk) memenuhinya walau dengan cara merangkak" . Maka, siapa yang berlomba-lomba untuk melakukan semua amalan ini di dunia, ia pasti akan mendapatkan kedu-dukan tertinggi di akhirat. Sebaliknya, siapa yang bermalas-malasan untuk melakukannya, meskipun nanti ia masuk sur­ga, surga yang ia dapatkan adalah surga kelas rendah. Semuanya akan dibalas sesuai dengan apa yang dilakukan. Satu akan dibalas dengan satu dan benda akan dibalas dengan benda. Rasulullah Saw. bersabda: "Hadirilah (salat) hari jumat dan berusahalah untuk mendapatkan tempat yang terdekat dengan imam. Sesungguhnya meskipun seseorang masuk surga, ia akan diakhirkan karena jauhnya jarak antara ia dan imam".5

Nabi Muhammad Saw. juga telah menghidupkan semangat bersaing dan berlomba dalam kebaikan di hati para sahabat sehingga mereka mampu membakar habis kemalasan dan menyongsong terbitnya fajar semangat untuk beramal. Oleh karena itu, pada suatu hari beliau bertanya kepada para sahabat: "Siapakah di antara kalian yang hari ini berpuasai" Abu Bakar menjawab: "Aku", beliau bertanya lagi: "Siapakah di antara kalian yang hari ini mengantarkan jenazah", Abu Bakar berkata: "Aku", selanjutnya Rasulullah bertanya lagi: "Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?", kembali Abu Bakar menjawab: "Aku". Maka, Ra­sulullah kemudian bersabda: " Tidak ada balasan bagi seseorang yang melakukan ketiganya kecuali masuk surga".6

Anda bisa lihat perasaan apa kiranya yang dibawa pulang oleh tiap-tiap sahabat setelah mendengar kabar gembira ini. Pastilah mereka pulang dengan sebuah semangat baru, yaitu semangat untuk mengetahui apa saja yang diketahui oleh Abu Bakar dan mendapatkan semua apa yang didapatkan olehnya. Sejatinya, pertanyaan Rasulullah di atas merupakan titik tolak dan batu loncatan untuk menanamkan kerinduan akan akhirat dalam jangka waktu yang relatif singkat.7 Imam Ibnu Qayyim berkata: "Orang-orang yang melanggar perintah ini diibaratkan dengan seorang laki-laki yang tidur lelap di bawah sebatang pohon. la tidak menyadari bahwa ranting-ranting pohon itu mulai layu, dedaunannya mulai rontok, buahnya berjatuhan, batangnya melapuk hingga kekukuhannya pun hilang, dan akarnya tercabut dari tanah. Hal ini akan membuat siapa pun yang tidur di bawah pohon tersebut gelisah kepanasan dan, jika tidak, pasti akan menderita. Lama-kelamaan, batang pohon akan terbakar dan dalam sekejap sekelilingnya akan berubah menjadi lautan api, yang selanjutnya api tersebut akan mengurungapa saja yang ada di bawah pohon tersebut. Setelah itu, tidak akan ada seorang pun yang bisa lari dan menyelamatkan diri dari kungkungan api".8

Kemudian, orang-orang bertanya: "Lalu, bagaimana keadaan orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan?". Pertanyaan tersebut dijawab dengan: "Lihatlah ke atas, niscaya kalian akan melihat tempat mereka (di surga). Dari kejauhan, kita bisa melihat mereka berada dalam istana-istana layaknya di negeri para raja; mereka menikmati segala macam ke-nikmatan di setiap kamar-kamarnya. Maka, bertambah sedihlah hati orang-orang yang tidak bersama mereka (yang tidak mengikuti perlombaan ini), dan kesedihan itu akan semakin berlipat ganda ketika mereka mengetahui bahwa semua kenikmatan itu tidak akan pernah mereka dapatkan". Bagi mereka yang tidak mau bergabung mengikuti per­lombaan ini, ingatlah peringatan Allah Swt.:

n?tãur tûïÏ%©!$# (#rߊ$yd $uZøB§ym $tB $oYóÁ|Ás% y7øn=tã `ÏB ã@ö6s% ( $tBur öNßg»oYôJn=sß `Å3»s9ur (#þqçR%x. öNåk|¦àÿRr& tbqßJÎ=ôàtƒ ÇÊÊÑÈ

"Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS An-Nahl: 118).9

Hadiah Yang Diperebutkan

Bagi mereka yang bergabung dalam perlombaan, tersedia hadiah sebagai berikut:

Juarapertama.'. masuk surga dengan tanpa hisab (tanpa dihitung amal perbuatannya yang lain). Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata: "Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda:' Tuhanku (Allah) telah menjanjikanpadaku bahwa 70.000 orang dari umatku akan masuk surga tanpa dihisab dan mereka tidak akan diazab. Setiap 1.000 orang (dari mereka} akan membawa 70.000 orang yang lain, kemudian ditambah lagi dengan tiga raupan (manusia yang diambil) oleh Allah'".10

Di antara 70.000 orang tersebut, orang yang pertama kali masuk surga dan telah mendapatkan jatah tempat adalah ‘Ukasyah bin Muhshin Al-Asady. Ketika ia mendengar kabar gembira ini, ia berkata: "Wahai Rasulullah, doakanlah aku ajar menjadi salah seorang di antara 70.000 orang itu". Maka, Rasulullah berdoa: "Ya Allah, jadikanlah ia bagian dari mereka".11

Namun, setelah mengetahui bahwa jumlah pemenang sangat terbatas, pastilah sebagian orang yang telah dibuat putus asa oleh setan akan mengira bahwa pendaftaran lomba ini u-lah ditutup sejakzaman para sahabat dan tabiin. Padahal, tidaklah demikian. Pendaftaran peserta untuk lomba ini belum ilitutup dan tidak akan pernah ditutup karena Rasulullah Saw. tidak pernah menyebutkan siapa saja nama yang berhak untuk masuk ke dalam jumlah 70.000 orang tersebut. Beliau iuga tidak pernah menyebutkan dari zaman siapakah mereka berasal. Beliau baru menyebutkan salah satu dari mereka, yaitu “Ukasyah saja, karena ketika sahabat-sahabat yang lain meminta hal serupa—didoakan seperti 'Ukasyah—Rasulullah ber­sabda: "Kalian telah didahului oleh 'Ukasyah". Kalau tidak demikian, pastilah setiap orang yang datang saat itu, ataupun yang mendengarkannya, akan segera minta didoakan seperti ' Ukasyah sehingga mengakibatkan jumlah yang sudah terbatas tersebut akan habis saat itu juga. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Rasulullah Saw. tetap membiarkan kesempatan itu terbuka bagi siapa saja yang berminat mengikutinya hingga akhirnya rnereka akan bertemu dengan 'Ukasyah, dengan syarat mereka tidak boleh bosan, malas, ataupun putus asa untuk meraih gelar juara. Jangan pernah membayangkan bah-wa jalan menuju ke sana begitu sulit karena Allah Mahakuasa akan menolong siapa saja. Maka, mohonlah kepada Tuhan Anda karena la jugalah Tuhan mereka. Tidak mustahil bahwa orang miskin akan mendapatkan harta karun dan orang kecil akan mendapatkan kemuliaan, sebagaimana Nabi Khidhir a.s. telah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. mampu membuka tabir yang tidak dapat dibuka oleh Nabi Daud a.s.12

Begitulah, sampai-sampai Abdullah bin Tsaub, seorang tabiin yang dikenal dengan nama Abu Muslim Al-Khoulany, berkata: "Apakah para sahabat mengira bahwa mereka bisa mendominasi dan merebut semua kesempatan itu dari kami? Tidak akan. Mereka tidak akan pernah dapat mendomina-sinya sendiri. Demi Allah, kami akan bersaing dengan mereka agar mereka tahu bahwa di belakang mereka masih banyak sekali orang (yang ingin mengikuti lomba ini)."12 Dalam hadis ini, Abu Muslim bermaksud menyaingi generasi 'Ukasyah.

Jika Anda ingin menjadi salah seorang anggota kafilah 'Ukasyah, Anda harus mempunyai keinginan yang kuat, sekuat keinginan Abu Muslim, kemudian segeralah mem-bayar uang pendaftaran dan bergabunglah bersama kami men­jadi peserta dalam perlombaan ini, "Berpacu Menuju Taman Surga".

Namun nyatanya, rahmat Allah lebih luas daripada rkudar membatasi sejumlah 70.000 orang umat saja yang bisa masuk surga tanpa dihisab. la telah menambahkan jumlah dengan memasukkan dari setiap 1.000 orang tersebut 70.000 orang lagi sehingga jumlahnya ditambah dengan 4.900.000 orang (hasil dari 70 dikalikan 70.000—peny). Kcbijakan Allah ternyata tidak hanya sampai di sana karena perlombaan ini diperuntukkan untuk semua generasi, baik yang jauh ataupun yang dekat dengan generasi Rasulullah. Maka, bergabunglah ke dalam golongan tersebut (orang-orang yang masuk surga tanpa hisab). Sedangkan, tiga golongan lagi yang telah dipilih oleh Allah adalah mereka yang telah dibebaskan Allah dari neraka dengan kapasitas yang tidak terbatas. Mereka keluar dengan sekali gelombang tanpa syafaat dari siapa pun. Mereka juga keluar dengan tanpa aturan, sebagaimana ketika seseorang melepas sesuatu yang sebelumnya ia kekang dalam satu waktu. Hal ini diibaratkan Allah dengan al-Hatswah (raupan).13

Juara. kedua: Akan dimudahkan urusan hisab-nya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis yang iliriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha. 'Aisyah berkata: "Rasulullah Saw. bersabda: "Bamng siapa yang dihisabpadaHariKiamat, iapastiakan merasakan azab Allah". 'Aisyah berkata: "Bukankah Allah telah berfir-man: "Niscaya mereka akan dimudahkan dalam masalah hisab mereka?" Rasulullah bersabda: "Mereka bukanlah dihisab, melainkan diperlihatkan amalannya" ,14

Yang dimaksud dengan diperlihatkan amalannya oleh Allah adalah Allah tetap membiarkan catatan amalan mereka apa adanya, kemudian menyalahkan mereka atas apa yang telah mereka perbuat hingga mereka merasa bahwa mereka memang bersalah dan malu atas kesalahan tersebut, sampai-sampai mereka bercucuran keringat karena saking malunya. Namun, Allah kemudian mengampuni kesalahan itu dan meridai mereka. Ibnu Umar radhiyallahu 'anhumd me-nerangkan maksud hadis ini dalam kitab ash-Shahihaini. la menulis: "Aku mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, kemudian Allah mem-bentangkan naungan serta menurunkan tirai-Nya untuk me-nutupi orang mukmin dari sekian manusia dan selanjutnya menanyakandosa sang mukmin. Allah pun berfirman: 'Apakah kau mengakui telah berbuat dosa ini? Sang mukmin menjawab-. Ya, wahai Tuhan . Allah akan terus menanyakan pertanggungjawabannya atas segala dosa yang ia lakukan hingga ketika Allah tahu bahwa hamba inipasti masuk neraka karena dosanya. Allah berfirman: 'SesungguhnyaAku telah menutupi kesalahanmu di dunia dari mata manusia. Maka, hari ini Aku telah mengampuni segala dosamu'. Setelah itu, Allah akan memberikan catatan kebaikan si mukmin dengan tangan kanan-Nya, sedangkan kepada orang-orang kafir dan munafik, Allah akan memanggil mereka dengan disaksikan oleh para saksi yang mengatakan: ''Mereka adalah orang-orang yang mendustakan Tuhannya ".15

Diriwayatkan bahwa 'Aisyah r.a. berkata: "Aku men­dengar Nabi Muhammad Saw. berdoa dalam salatnya: ' Ya Allah, mudahkanlah penghisaban kami", setelah beliau selesai »alat, aku pun bertanya: "Wahai Nabi, apakah yang dimak-itidkan dengan dimudahkan penghisaban?" Beliau menjawab: "Allah melihat dosa-dosa kitayangtertulis dalam buku catatan anitil, dan la mengampuninya.

Sedangkan, golongan yang datang setelah golongan ini (yang dimudahkan hisabnya) adalah golongan orang-orang yang didebat tentang dosa mereka. Rasulullah Saw. bersabda: "ttarangsiapa yang didebat tentang masalah dosanya, iapasti termasuk ke dalam golongan orang-orang yang celaka".17 Tcmpat mereka adalah neraka. Di neraka, mereka akan me-nvcsal mengapa dulu mereka lebih memilih untuk duduk bertopang dagu bersama para pemalas dan orang-orang bodoh bukannya bergabung bersama kita untuk ikut serta dalam perlombaan ini.

Tidak ada komentar: