Jumat, 22 Juni 2007

Tugas Aktifisw Dakwah

Tugas Para Aktivis Dakwah

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.- AL Jumuah : 2

Aura kejahiliyahan semakin jelas tampak melingkupi seluruh kehidupan anak manusia. Dewasa ini, segala jenis kejahiliyahan yang tak pantas dilekatkan pada manusia yang mendapat keistimewaan dari Allah sebagai makhluk yang mulia (Al Israa : 70) dan memiliki bentuk yang sebaik-baiknya (At Tiin : 4), ternyata sudah berlaku dengan merata pada nyaris seluruh tata nilai dan tata laku kehidupan manusia. Ambil contoh saja di Indonesia, negeri ini dihuni oleh lebih dari seratus sembilan puluh juta orang yang menganut agama Islam. selayaknya jika negeri ini mampu membangun kultur beragama yang kondusif. Konon lagi perkembangan teknologi dan arus reformasi “seharusnya” telah membawa mereka pada kehidupan yang lebih elegan dan moderen. Namun faktanya tidaklah demikian.

Bangsa Indonesia sekarang ini, yang justeru berpenghuni mayoritas Islam itu, malah meluncur deras pada tata nilai dan tata laku masyarakat primitif dan Barbar. Di satu sudut negeri ini, darah tertumpah dengan mudahnya. Apakah itu terbungkus dengan kemasan konflik agama, antar etnis, antar pelajar, konflik antar elite politik atau yang lainnya. Sekarang malah (naudzubillahi min dzalik) kita tengah menunggu kulminasi konflik dimaksud, yaitu konflik intern ummat beragama (muslim) yang didesain dengan pembelaan dan pemihakan kepada kebenaran serta menghancurkan kedzaliman. Dua kubu ummat sudah mengeluarkan fatwa jihad serta sudah mempersiapkan pasukan berani mati?

Hampir merata pula di pelosok negeri ini, kalangan mudanya sudah terbiasa dengan kehidupan hedonisme dan permisivisme. Jika kelompok lain rela mati demi membela kepentingan kelompok atau tokoh pujaannya, maka kalangan remaja memilih siap mati, terjepit atau sekadar pingsan demi melihat artis pujaannya yang sedang menggelar pertunjukan di suatu tempat. Di sisi lain pada muda itu dengan nikmatnya bercengkerama dengan obat-obat terlarang atau larut dalam kehidupan free sex. Aneh, di saat rasa tanggung jawab keummatan dan kepekaan sosial kita seharusnya bangkit, anak negeri ini malah larut dalam syahwat mereka.

Ada lagi di sudut negeri ini, ribuan orang telah menjadi pengungsi di kampung sendiri. Mereka harus keluar dan lari dari rumah mereka, karena rumah mereka sudah di jarah, dirusak atau dibakar oleh tetangga kampung mereka dahulu atau oleh ummat sesama mereka. Teman atau saudara mereka itu sudah tega membunuh teman atau saudaranya yang lain. Semua itu dilakukan atas nama tuntutan keadilan?

Kehancuran kemanusiaan di negeri ini nyaris komplet. Kebobrokan dan kezaliman penguasa, kekikiran orang kaya, kehancuran moral remaja, serta loyonya wibawa ulama dan kulminasinya adalah larutnya ummat dalam kehidupan syahwat. Semua ini sekaligus proklamasi dari dicintainya kejahiliyahan sebagai sistem anutmasyarakat. Muhammad Quthb dalam bukunya berjudul Jahiliyyah al-Qarn al-‘Isyrin (Jahiliyah Abad Duapuluh) mengatakan bahwa jahiliyah itu adalah kondisi jiwa yang menolak mengambil petunjuk yang diberikan oleh Allah, serta suatu sistem yang tidak berhukum pada apa yang diturunkan Allah (Al Maidah 50). Dengan demikian, kejahiliyahan itu adalah suatu realitas prikologis, sehingga ia bukan kebalikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban.

Bangunlah Wahai Kekuatan yang Tidur

Negeri ini nyaris tenggelam dalam kebobrokan moral yang terjadi dan dilakonkan oleh seluruh elemen warganya. Negeri ini nyaris dan malah sedang di ambang kehancuran yang tidak dapat diperbaiki dalam masa satu atau dua tahun, tetapi satu atau dua generasi.

Fokus persoalan sebenaranya adalah ummat ini apriori terhadap agamanya sendiri sebagai salah solusi bagi persoalan mereka. Mereka terus saja mengais sistem usang untuk dijadikan solusi. Namun faktanya mereka terus saja terpuruk dalam kehancuran yang membuktikan bahwa kesetiaan ummat terhadap Islam ternyata sangat rapuh. Padahal ummat ini adalah kekuatan besar yang sedang tidur dan harus dibangunkan. Ummat harus diberi pengertian bahwa rahasia kekuatan dan kebesaran mereka ada dalam agama mereka, bukan yang lain. Zionisme Israel sebagai contoh, untuk menjarah al-Quds, perlu-perlunya mereka menetapkan kebanggaan terhadap agama, mengusung Taurat dan bersatu barisan dengan dalih bahwa mereka adalah pengikut Musa. Ringkasnya, mereka jarah al-Quds dengan semangat agama. Dan sampai hari ini mereka cukup berhadil mempecundangi ummat Islam. Kenapa? Di saat mereka bangga menyebut diri mereka Yahudi, ummat Islam malah malu diidentifikasikan sebagai muslim. Disaat mereka dengan bangga menyebut diri mereka sebagai pengikut nabi Musa, ummat Islam malah tidak suka disebut sebagai penganut nabi Muhammad saw. Disaat zionis bangga mengusung Taurat, ummat Islam malah semakin jauh dari Al Quran. Dulu Muhammad Abdul pernah mengatakan, “Islam mahjub bi al Muslimin” (Islam tertutupi dengan orang Islam sendiri)

Tugas Ini Berat

Jika dakwah ini hanya menginformasikan Islam kepada ummat manusia. Dengan target jika informasi Islam sudah sampai berarti selesailah dakwah, maka tentu saja Rasulullah tak perlu harus menghadapi begitu banyak rintangan serta memakan waktu yang relatif lama. Atau jika dakwah ini hanya ditujukan agar satu individu akhirnya hanya ber-Tuhan kepada Allah tanpa bersusah payah mengikuti syariah (hukum) Allah, tentu Rasulullah tidak harus sampai berperang melawan musuh, musuh Allah. Dakwah ini bukan ditujukan hanya kepada satu orang atau satu kurun tertentu. Dakwah ini ditujukan kepada seluruh manusia yang lintas etnis, bahasa, bahkan lintas tempat dan zaman.

Dakwah ini tidak dilakukan hanya untuk menegakkan supremasi si pelaku dakwah, atau supremasi kelompok pelaku dakwah. Dakwah harus dilakukan untuk menegakkan supremasi Din-Islam, agama Allah. Dakwah harus terus dilakukan sampai pada akhirnya manusia tunduk dan menerima hukum Allah. Dia harus mengajak manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tahu menjadi beramal, dan dari sekadar beramal sampai akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.

Otomatis tugas dakwah itu berat. Dan para aktivis dakwah harus memperhatikan tiga yang hasur dilakukan. Pertama Tilawah al-Ayah atau tazkir. Di sini para aktivis dakwah harus mengingatkan ummat kepada kebesaran Allah, perbuatan Allah, hari-hari Allah, ancaman dan berita gembira dari Allah. Pokoknya berdaya di hadapan Allah. Mereka butuh Allah dan karenanya mereka harus patuh kepada segala perintah Allah. Kedua adalah tazkiyah. Para aktivis dakwah harus mengingatkan bahwa kerusakan hati sangatlah berbahaya. Kerusakan hati akan membawa pengaruh kepada kerusakan amal. Dakwah tidak harus menghasilkan orang yang mengerti belaka, tetapi juga orang yang tulus setelah mengerti. Para aktivis dakwah harus mampu menyajikan menu yang tepat bagi makanan hati. Dan inilah masalah utama yang menimpa ummat Islam di Indonesia hari ini. ketiga adalah Ta’lim al-Kitab dan al-Hikmah. Maksudnya adalah mengajarkan kepada ummat Al Quran dan As Sunnah. Jika tidak ummat akan buta dari agamanya. Mereka akan menjadikan ustadz atau kiyai sebagai rujukan kebenaran perilaku mereka. Padahal ini salah besar. Rujukan kebenaran atas perilaku adalah al Quran dan as Sunnah. Lebih malang lagi jika ummat menjadikan kebiasaan mereka sebagai kebenaran. Tidak tahunya ummat terhadap kebenaran Islam akan berakibat sangat fatal. Ummat akan dengan seenaknya menyandarkan perbuatan mereka sebagai amal Islam, padahal tidak. Seperti menyandarkan bahwa jihad adalah membela kepentingan ulama. Padahal jihad harus membela kepentingan agama Allah. Dalam bahasa Quran, Fii sabilillah (pada jalan Allah).

Para aktivis dakwah memang sulit untuk menggabungkan tiga tugas itu, oleh karenanya mereka harus bekerjasama. Maka aneh jika ada orang yang mengaku sebagai pendakwah di jalan Allah sampai mencaci maki para pendakwah lain yang tidak satu dengannya.

Sekali Lagi, Ini Tugas Berat!

Terbiasalah dalam jamaah, karena tidak mungkin ada manusia hero atau kelompok super yang dapat mengemban tugas dakwah ini secara sendirian. Kita harus bersama. Menurut hemat saya, masing-masing kelompok dakwah memiliki titik tekan yang tidak sama. Selayaknyalah mereka memahami sebuah jargon, “Marilah sepakat dan bekerja sama pada hal-hal yang kita sepakati, serta berlapang dada pada hal-hal yang kita berselisih”. Selama perselisihan bukan pada wilayah yang qat’iyyah (jelas dan pasti). Malang sekali jika sesama aktivis dakwah lebih banyak harus menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dari kalangan mereka sendiri. Aneh sekali jika jamaah dakwah harus kerepotan menyelesaikan persoalan yang muncul dari dalam tubuh mereka sendiri, bukan menyelesaikan masalah ummat.

Tugas dakwah ini berat dan hanya dapat dijalankan oleh mereka yang memiliki kecintaan kepada agama Allah ini. Tugas dakwah ini berat dan hanya mampu dijalankan oleh mereka yang sudah mengikhlaskan dirinya untuk merebut ridho Allah belaka. Dakwah ini berat dan hanya dapat dijalankan oleh mereka yang menyadari bahwa dirinya bukanlah segala-galanya dalam dakwah, dakwah fillah itulah yang segala-galanya bagi dia. Dakwah ini berat dan Anda kan yang mampu mengembannya?

Tidak ada komentar: