Sabtu, 30 Juni 2007

Menjauhi Dosa Besar

Menjauhi Dosa Besar January 18, 2006


Kode: 1.A5.14 | Sarana: Taujih, Mabit

Tujuan Instruksional

Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan mampu:

  • Mengetahui apa saja yang termasuk kategori dosa-dosa besar dan bagaimana hukumnya serta menyebutkan contoh-contohnya.
  • Menjauhi dosa-dosa besar dan segera bertaubat jika pernah melakukannya.
  • Membenci dosa-dosa besar dan mencegah orang lain untuk melakukan dosa-dosa besar.

Titik Tekan Materi

Materi ini setidaknya menguraikan 5 dosa besar yang disebutkan oleh Rasulullah saw. Yakni syirik, sihir, durhaka pada orang tua, sumpah palsu, dan lari dari medan perang (desersi). Ada sejumlah dosa lain yang juga termasuk dalam kategori dosa besar. Allah SWT memberi hukuman yang berat bagi pelaku dosa besar.

Pokok-Pokok Materi

  • Dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabawi tentang dosa-dosa besar.
  • Bahaya syirik.
  • Bahaya sihir.
  • Bahaya durhaka pada orang tua.
  • Bahaya berpaling dari medan jihad.
  • Bahaya sumpah palsu.

Dalil-Dalil

Hadis-Hadits

"Tidakkah aku ceritakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x). Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian palsu dan ucapan palsu’. Beliau selalu mengulang-ulangnya sehingga kami berkata, ‘Andaikan beliau diam’" (HR Bukhari Muslim).

"Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat baik-baik’" (HR Bukhari Muslim).

Definisi maksiyat (dosa) dan pembagiannya

Maksiyat adalah ketidaktaatan baik mengerjakan hal-hal yang dilarang maupun mengabaikan perintah. Maksiyat meliputi dua bagian, yakni maksiyat yang tergolong dosa besar (kaba’ir) dan dosa kecil (shogho’ir).

  • Kaba’ir adalah setiap dosa yang mengakibatkan hukuman di dunia atau diancam oleh Allah dengan ancaman yang khusus di akhirat; mendapatkan adzab, laknat dan kemarah-Nya. Sebagian ulama berpendapat, kaba’ir adalah dosa yang dilakukan seseorang dengan menganggap enteng dan merasa bangga. Contoh sebagaimana tercantum dalam hadits di atas.
  • Shagha’ir adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat. Sebagian ulama berpendapat, shagha’ir adalah dosa yang ditimbulkan oleh kelalaian dan pelakunya senantiasa menyesal sehingga mengurangi rasa nikmatnya bermaksiyat. "Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti dilakukannya: zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga mendengar, zina lisan adalah berkata, zinanya tangan meraba, zinanya kaki melangkah, sedangkan zinanya hati adalah menginginkan dan berangan-angan, kermudian farjilah yang membenarkan atau mendustakannya’" (HR Muslim).

Diriwayatkan oleh Umar ibnu Abbas dan lainnya, mereka berkata, "Tidak ada dosa besar bila disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus-menerus".

Sikap Muslim terhadap dosa

Sikap Muslim terhadap dosa adalah sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah ibnu Mas’ud, "Seorang mu’min melihat dosanya seolah-olah ia berada pada kaki gunung yang akan runtuh menimpanya, sedangkan orang durhaka (al-fajr) melihat dosanya sebagimana lalat hinggap pada hidungnya, kemudian ia menghalaunnya."

Imam Bukhari mengeluarkan sebuah hadits dari Anas yang mengatakan: "Sesungguhnya kamu melakukan pekerjaan maksiyat yang pada pandangan kamu lebih kecil ketimbang sehelai rambut, sedangkan kami menganggapnya tergolong pada masalah-masalah yang akan membawa pada kehancuran."

Mengambil contoh Ikhwanul Muslimin, menjauhi dosa kecil dan terutama dosa besar merupakan salah satu kewajiban kader Ikhwan ([4], Kewajiban ke 32) dan muwashofat yang harus dimiliki kader-kadernya.

Lima macam dosa besar di antara dosa-dosa besar

Syirik (menyekutukan Allah)

Syirik adalah menyamakan Allah dengan yang lain dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya.

Syirik dapat digolongkan menjadi dua macam: syirik besar (asy-syirku al-akbar) dan syirik kecil (asy-syirku al-asghar).

Syirik Besar

Syirik akbar adalah syirik dalam beribadah dengan menjadikan tuhan-tuhan selain Allah. Allah berfirman,

1. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
2. yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
3. Kemudian mereka mengambil ilah-ilah selain Dia (untuk disembah), yang tidak menciptakan sesuatu apapun, bahkan mereka sendiripun diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfa’atan dan tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.
(25. Al Furqaan : 1-3)
Fenomena Syirik

Fenomena syirik ibadah ini bisa dilihat, antara lain;

  • Pemujaan dan do’a pada selain Allah seperti jin, berhala, taghut. Allah menjelaskan perilaku mereka dalam firman-Nya,
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah), (29. Al ‘Ankabuut : 65)
  • Hidup tanpa tujuan dan merasa tenang, tenteram, dan ridla dengan kehidupan dunia, tanpa mengingat akhirat sedikitpun.
7. Sesungguhnya orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami,
8. mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
(10. Yunus : 7-8)
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang.Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. (47. Muhammad : 12)
Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi), itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (50. Qaaf : 3)
  • Ketaatan secara mutlak kepada selain Allah.
Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3. Ali Imran : 31)

Diriwayatkan, ketika Adi bin Hathib r.a. mendengarkan Rasulullah saw. membaca ayat di atas, ia berkata, "Wahai rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka". Kemudian Nabi saw, bersabda, "Bukankah mereka menghalalkan untukmu apa yang diharamkan oleh Allah kemudian kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untukmu apa yang dihahalkan oleh Allah kemudian kamu mengharamkannya?" Ia menjawab, "Memang ya". Rasulullah bersabda, "Yang demikian itu berarti menyembah mereka" (HR Tirmidzi).

  • Menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah dengan mencintainya melebihi kecintaannya kepada Allah.
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (2. Al Baqarah : 165)

Sebagian ulama menjelaskan andaad (tandingan-tandingan) adalah apa saja yang bisa mencabut dari Islam, seperi harta, pangkat, keluarga, dll. (Lihat juga QS At-Taubah/9: 24).

Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (9. At Taubah : 24)
Akibat Syirik Besar

Syirik adalah kedzaliman yang paling besar, karena yang didzalimi adalah Allah SWT.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (31. Luqman : 13)

Akibat syirik sangat besar, yakni

  • Tidak diampuni Allah SWT.
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (4. An Nisaa : 116)
  • Haram masuk surga.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata:"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (5. Al Maidah : 72)
  • Terhapusnya semua amal.
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (39. Az-Zumar : 65)
  • Jauh dari petunjuk Allah
dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapamempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (22. Al Hajj : 31)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan bahwa ini merupakan perumpamaan Allah untuk orang musyrik dalam hal kesesatan, kebinasaan dan kejauhannya dari petunjuk.

Syirik Kecil

Adapun syirik kecil yang bersifat batiniyah seperti riya’ (memperlihatkan amal), sum’ah (memperdengarkan amal), dan yang bersifat lahiriah anatara lain bersumpah dengan selain Allah, mengatakan ‘Jika dikehendaki oleh Allah dan kamu’, memakai jimat. Syirik kecil walaupun tidak menghilangkan keimanan seseorang, tetapi dapat menggerogotinya sehingga semakin lama semakin berkurang tanpa disadari.

"Rasulullah bersabda, "Barang siapa beramal dengan menyekutukan Aku di dalamnya, maka amal itu diperuntukkan bagi sesuatu yang disekutukan dengan Aku, sedangkan Aku berlepas darinya." (HR Muslim)"

Sihir

Sihir adalah mengungkap sesuatu yang sebabnya samar dan tersembunyi sehingga seolah-seolah mengetahui yang ghaib. Para ahli sihir mengungkapkannya dengan meminta bantuan jin (ruh-ruh jahat dan syaithan). Mereka mendatangkan jin untuk dimintai petunjuk dan pertolongan.

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (72. Al Jin : 6)

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sihir, misalnya, perdukunan (kahanah), peramalan (’arrafah), mantera-mantera (ruqyah yang terlarang), santet, pelet, sulap dan akrobat (telepati), jailangkung, dll.

Hukum sihir

Sihir termasuk syirik terhadap rubbubiyah Allah, karena mengaku-aku mengetahui yang ghaib, padahal yang mengetahui hal-hal yang ghaib itu hanya Allah saja. Di sisi lain, sihir juga termasuk syirik terhadap uluhiyatullah, karena mengabdi kepada jin dengan amalan-amalan tertentu.

Nabi bersabda, "Sesungguhnya mantera, jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik" (HR Imam Ahmad). Tiwalah adalah sejenis sihir yang digunakan untuk membuat seorang wanita mencintai suaminya.

Allah mengungkapkan sihir dengan kata ‘kufur’ dalam firman-Nya,

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaiu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan ijin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (2. Al Baqarah : 102)

Ungkapan ‘kufur’ dalam ayat di atas bertujuan untuk membuat manusia menjauhi dan membenci sihir, dan menjelaskan bahwa sihir termasuk dosa besar.

Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh jika diketahui bahwa ia tukang sihir sebagaimana yang ditetapkan Umar bin Khaththab r.a. pada masa kekhalifahannya, "Hendaknya kalian membunuh tukang-tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan".

Tentang orang-orang yang datang pada tukang sihir, Rasulullah saw. bersabda, "Tiga orang yang tidak masuk surga, yaitu peminum khamr, pemutus silaturrahim, dan orang yang membenarkan sihir" (HR Imam Ahmad).

Dalam kenyataan, orang-orang yang menggunakan sihir tidak pernah mendapatkan kemenangan dan keberhasilan.

Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". (20. Thaahaa : 69)

Durhaka Kepada Orang Tua

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (31. Luqman : 14)

Dalam ayat ini Allah merangkaikan bersyukur kepada kedua orang tua dengan bersyukur kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua. Abdullah ibnu Abbas berkata, "Ada tiga ayat dalam Al-Qur’an yang merangkaikan satu perintah dengan perintah yang lain, yang tidak diterima tanpa mengamalkan rangkaian tersebut, yaitu (1) ayat ‘taati Allah dan taatilah Rasul’, Barang siapa yang mentaati Allah tetapi tidak mentaati Rasul, maka tidak diterima; (2) ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat’. Barang siapa yang menjalankan shalat tetapi tidak menjalankan zakat, maka tidak akan diterima; dan (3) ‘Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu’. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur kepada orang tua, maka tidak akan diterima’".

Rasulullah saw. bersabda, "Ridla Allah terletak pada ridla kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua" (HR Tirmidzi).

"Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orang tua, orang mengungkit-ungkit, dan peminum khamr" (HR Bukhari Muslim). "Allah melaknat orang yang mengumpat bapaknya, Allah mencaci orang yang mengumpat ibunya’ (HR Ibnu Hibban).

"Semua dosa diakhirkan balasannya oleh Allah apa yang Ia kehendaki sampai hari kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya Allah menyegerakan siksaan orang yang durhaka kepada kedua orang tua di dunia" (HR Hakim).

"Tiga do’a yang selalu dikabulkan, yaitu do’anya orang yang teraniaya, do’anya orang yang sedang bepergian, dan do’a (buruk) orang tua atas anaknya" (HR Tirmidzi).

Said Hawwa rahimahullah berkomentar dalam kitabnya, Jundullah, "Kita sekarang hidup dalam satu generasi yang mendurhakai bapak ibunya dan lebih mendahulukan/mengutamakan berbuat baik pada teman dan isterinya. Ini adalah sikap dan pemahaman yang terbalik. Seorang muslim adalah tuan bagi isterinya, sedangkan orang tuanya adalah tuan baginya (seorang muslim) sehingga kedua orang tua itu tuan bagi isterinya. Dengan demikian jika ia menjadikan kedua orang tuanya harus mengikuti kehendak isterinya, maka ia telah memutar balik ajaran agamanya. Demikian juga dengan temannya".

Hak ibu untuk dihormati lebih besar daripada ayah, karena ibu lebih berat menanggung penderitaan sejak mengandung hingga mengasuh anaknya. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, ada seorang datang kepada Rasulullah saw. lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak saya pergauli dengan baik?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa’. Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian bapakmu’ (HR Bukhari Muslim).

Dalam kisah disebutkan bahwa Al-Qomah menjelang wafatnya, lisannya terkunci, tidak mampu melafalkan laa ilaah illallah. Setelah diselidiki, ternyata ibunya yang telah tua tidak meridlainya. Kemudian ketika ibunya berhasil dibujuk dan memaafkan Al-Qomah, maka lancarlah ia mengucapkan laa ilaaha illallah dan akhirnya meninggal dunia dengan tenang.

Contoh lain durhaka terhadap orang tua adalah tidak mengajak musyawarah dalam urusan rumah tangga, tidak mendahulukan mereka dalam pemberian, menyia-nyiakan keduanya khususnya di masa tuanya, tidak mengikuti keinginannya yang baik, selalu memprotes dengan keras, dll.

Lari dari Medan Perang (Desersi)

15. Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah meraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.
(8. Al Anfaal : 15-16)

Dari ayat di atas dapat diambil beberapa ibrah sebagai berikut:

  • Seorang mu’min yang berjihad di jalan Allah wajib menanggung penderitaan karena sebenarnya umur ada di tangan Allah.
  • Lari dari medan tempur merupakan dosa besar karena dapat mendatangkan bahaya bagi tentara Islam dan kaum muslimin. Rasulullah besabda, "Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan…" yang salah satunya adalah lari dari medan perang.
  • Boleh lari dari medan perang jika merupakan strategi untuk mengecoh musuh, bergabung dengan pasukan lain, dan dalam keadaan darurat.
  • Pertolongan ada di tangan Allah, maka wajib bagi setiap mu’min untuk bertawakal kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal.

Persaksian Palsu

Allah dan rasul-Nya mensejajarkan persaksian palsu dengan syirik.

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu kaharamannya, maka jauhilah olehmu barhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan yang dusta. (22. Al Hajj : 30)

Dan dalam hadits, Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat, tidak akan bergeser kedua kaki orang yang bersaksi palsu sehingga wajib baginya neraka" (HR Ibnu Majjah dan Hakim).

Orang yang bersaksi palsu berarti telah melakukan beberapa dosa besar sekaligus:

  • Dosa menipu, Rasulullah bersabda, "Seorang mu’min bisa diberi watak apa saja kecuali khiyanat dan dusta" (HR Al-Bazar dan Abu Ya’la).
  • Dosa berbuat aniaya kepada orang yang mendapatkan hukuman karena persaksian palsunya, sehingga ada seseorang yang diambil hartanya, direndahkan martabatnya, dan dihilangkan nyawanya tanpa haq.
  • Dosa berbuat aniaya kepada seseorang yang mendapatkan keuntungan karena kesaksian palsunya, sehingga orang tersebut masuk neraka. Raulullah bersabda. "Barang siapa yang mendapatkan harta saudaranya tanpa haq, karena keputusan saya, maka hendaknya jangan ia mengambilnya, karena aku memberikan kepadanya sepotong api neraka’ (Muttafaq ‘alaih).
  • Dosa menghalalkan apa-apa yang diharamkan dan dijaga oleh Allah, baik berupa harta, harga diri maupun darah.

Maraji’

  1. Arba’in Nawawi, Imam Nawawi
  2. Kitab Riyadhus Shalihin, Musthafa Al Bayanuni
  3. 30 Pembinasa Manusia, Mantik
  4. Membina Angkatan Mujahid 2, Sa’id Hawwa

Tazkiyatu Nafs

Tazkiyah An Nafs

"Sesungguhnya Allah telah memberi karunia orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali 'imran : 104)

Kesesatan dan dekadensi moral di kalangan pemuda pada jaman sekarang sudah di ambang pintu yang menakutkan. Hampir tiap detik selalu ada informasi kenakalan pemuda dan orang tua sebagai buah dari kebejatan moral mereka. Dan telah banyak dari kalangan pemerintah atau lembaga sosial yang berusaha untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di atas, namun selalu menemui hambatan-hambatan atau sering kali tidak membuahkan suatu penyelesaian persoalan, namun malah dapat menumbuhkan persoalan-persoalan baru.

Sebenarnya persoalan di atas dapat diselesaikan dengan tuntas jika penyelesaian itu mengakar pada persoalannya, tidak hanya sekedar penyelesaian yang bersifat terapi shock, misalnya menyelesaikan persoalan penggunaan pil ines (ekstasi) di kalangan pemuda, yang sekarang sudah sangat terasa dampak negatifnya dengan cara penggerebekan di berbagai tempat. Cara ini tidak bisa menyelesaikan masalah, namun akan menimbulkan masalah baru, yaitu mereka (pengguna ekstasi) akan membuka lahan baru dan demikian seterusnya. Seharusnya penyelesaian itu secara tuntas sampai ke akar-akarnya, yaitu dengan perubahan sistem ini. Apakah sistem undang-undang hukum bagi pengguna ekstasi atau sistem-sistem yang lain. Karena kebenaran sistem itu saling berkaitan, maka dengan perubahan sistem ke arah sistem yang Islami secara total tidak akan memberikan tempat kepada pengguna ekstasi, alkoholic, pelacuran, pembunuhan dan lain-lain. Karena secara otomatis sistem Islam tidak akan mentolerir kejahatan-kejahatan yang ada pada jaman sekarang ini.

Tetapi, apakah cukup hanya dengan perubahan sistem semata? Tidak, karena pada jaman Abasiyah dan Ummawiyah dimana sistem Islam sudah berjalan secara total, masih banyak di kalangan pejabat dan rakyat yang terjangkiti penyakit hati seperti hasud, dengki, cinta dunia, perampokan, pelacuran bahkan yang berkaitan dengan penyelewengan aqidah juga masih ada pada waktu itu. Jadi, dari sini nampak jelas bahwa sebuah perubahan yang baik tidak hanya dari perubahan pemikiran (aqidah) semata, atau perubahan rohani (masalah hati) serta perubahan dari aktivitas ritual (ibadah), akan tetapi harus menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga bisa menjadikan umat yang terbaik (khoiro ummah).

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasalam membentuk masyarakat Arab dengan tiga sistem (cara) pembinaan yang terpadu, yang selalu terkait dan berkesinambungan, dengan mengandalkan tarbiyah sampai ke tingkat mafahim, tidak hanya sekedar ta'lim (pengajaran) atau ma'lumat (Islamologi), serta sistem pembinaan yang menyeimbangkan aspek rohani (jiwa) dan jasmani (raga), menyeimbangkan pola pikir dan pola dzikir. Tiga sistem itu adalah : aqidah (pemikiran dasar), tazkiyah (pensucian jiwa) dan tsaqofah (pengajaran Al Qur'an dan As Sunnah). (Bisa dibaca pada materi Pembinaan Dasar)

Pada kali ini, akan dibahas mengenai tazkiyah, sedangkan aqidah sudah dibahas pada materi Pembinaan Dasar, dan untuk Tsaqofah insya Allah akan dibahas menyusul.

Tazkiyah An Nafs

Dengan pemikiran saja tidak akan cukup untuk mengubah suluk manusia, karena berapa banyak orang yang memiliki pemikiran yang sangat tinggi tentang fikrah Islam, bahwa sholat, zakat dan puasa itu wajib, tetapi ketika ia sholat, hati (qolbu) nya jarang hadir (khusyu'). Ketika berzakat hatinya riya' dan ketika puasa ia masih hasud, ghibah dan riya'. Dan betapa banyak orang-orang yang 'alim, mengerti tentang fikrah Islam, tetapi hatinya keras, tidak ber-tasamuh dengan pendapat yang lain, padahal pendapat itu masih masuk pada lapangan ijtihad.

Dari hal-hal tersebut di atas, sangat jelas bahwa untuk mengubah suluk manusia antara pemikiran dan tazkiyah an nafs harus berjalan bersama-sama. Dan jika kita berbicara tentang tazkiyah an nafs maka tidak akan terlepas dari masalah hati (qolbu). Hal ini disebabkan karena hakekat manusia tidak terletak pada wujud materialnya melainkan pada kesadaran berketuhanan yang berada pada wujud material itu. Kesadaran yang menggerakkan, menyenntuh dan melarangnya untuk dan dari sesuatu, adalah qolbu, yang jika ia baik, maka baik pula jasadnya dan jika ia buruk maka buruk pula jasadnya.

Pembagian Qolbu

1. Qolbun Salim

Yaitu hati yang selamat dari kesirikan. Qolbun salim ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa pada Allah, yaitu orang-orang yang selalu pada setiap aktivitasnya terikat pada hukum syara' serta orang-orang yang hatinya tidak terjangkiti penyakit-penyakit seperti riya', ingin populer, hubbul maal dan lain sebagainya.

Allah berfirman :

"Hari dimana harta dan anak-anak tiada berguna lagi, kecuali qolbu yang sejahtera." (QS. Asy Syu'ara : 88-89)

Berkata Ibnu Abbas : Qolbun Salim adalah bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah." Sedangkan Sya'id bin Musayyib berkata : Qolbun salim adalah qolbun shohih (benar), dan ia adalah qolbu orang-orang yang beriman. Abu Utsman An Naisaburry berkata bahwa ia adalah hati yang selamat dari bid'ah (syar'iyyah) dan tenang menuju as sunnah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir (Mukhtashor) II Hal. 651)

2. Qolbun Saqim (Terjangkiti penyakit hati)

Yaitu hati yang terjangkiti penyakit-penyakit hati. Seperti orang yang sholat, tapi riya' dan tidak pernah khusyu', serta sering mendholimi orang lain. Atau sholatnya tekun, tetapi zinanya langganan, puasanya penuh tetapi serakah, zakatnya istiqomah namun judinya juga rutin. Inilah orang yang memiliki hati yang masih terjangkiti penyakit-penyakit kejiwaan (hati). Dan orang-orang seperti ini disebut muslim 'aashi, yaitu orang muslim yang telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul Nya. Allah berfirman dalam QS. Al Hasyr : 10

"Dan mereka yang mengikuti jejak kaum Muhajirin dan Anshar sampai hari kiamat, mengucapkan do'a: "Ya, Tuhan kami, ampunilah dosa kami, dan dosa saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami. Dan janganlah Engkau biarkan kedengkian sampai bersarang dalam hati kami terhadap orang-orang beriman. Ya, Tuhan kami, Engkau sungguh-sungguh Maha Penyantun dan Penyayang."

Firman yang lain dalam QS. Ali Imron : 154

"Kemudian sesudah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu, disertai rasa kantuk yang menguasai segolongan di antaramu sedang segolongan lagi merasa cemas, sehingga timbul prasangka mereka yang tidak benar terhadap Allah seperti prasangka orang-orang di zaman jahiliyah. Mereka bertanya : "Masih adakah harapan untuk menang bagi kita agak sedikit?" Jawablah : "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hatinya hal-hal yang tidak diterangkannya kepadamu. Mereka berkata lagi: "Kalau benar-benar kita mendapat pertolongan sebagaimana yang akan dikatakan Muhammad, niscaya kita tidak akan terbunuh di tempat ini". Katakanlah : "Sekiranya kamu berada di rumahmu masing-masing, niscaya orang-orang yang sudah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, akan menampakkan diri juga menuju ke tempat gugurnya, Allah hendak menguji keikhlasan yang bersemi dalam dadamu dan menguji kemurnian imanmu dan Allah Maha Mengetahui isi hatimu."

Namun dia tidak termasuk orang-orang yang kekal di neraka, selama dia tidak keluar dari Islam, dan tidak menganggap halal perbuatan maksiatnya, tetapi perbuatan itu dia lakukan karena kebodohannya. Dan nantinya setelah dosa-dosanya dilebur di neraka akan kembali menghadap Allah dengan qolbun salim, Insya Allah.

Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab : 5

"Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf (karena kebodohanmu) padanya, tetapi (yang ada dosa) adalah apa-apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dan hadits yang diriwayatkan dari Abi Sa'id Al Khudry r.a., Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Dan Allah memasukkan ahli neraka pada neraka, kemudian Dia berkata (pada malaikatNya) : Carilah orang yang di hatinya masih kalian temukan sebiji kecambah dari iman, keluarkanlah dari neraka. Maka mereka dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke sungai (telaga) kehidupan, mereka tumbuh kembali (menjadi manusia yang utuh), sebagaimana tumbuhnya kecambah dari pinggiran sungai. Tidaklah kalian lihat bagaimana ia tumbuh berwarna kuning-kuning yang melangkung ?" (HR. Bukhori dan Muslim)

3. Qolbun Makhtum (Hati yang Tertutup)

Yaitu hati yang tertutup dari hidayah Allah. Dan yang memiliki hati ini adalah orang-orang kafir, karena hatinya sudah tertutup dari hidayah taufiqnya Allah. Selama ia tidak kembali dengan mencari jalan kebenaran dan hatinya selalu "keras" menolak kebenaran, maka ia tidak bisa mendapatkan hidayah taufiq tersebut, sehingga tertutuplah hatinya. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 7

"Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka serta penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."

Firman Allah yang lain dalam QS. Al Maidah ayat 13

"Tetapi karena mereka melanggar janji, maka Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hatinya keras membatu."

Mereka inilah yang kekal di neraka, karena tidak lagi patuh pada Allah dan Rasul Nya, serta menghalalkan segala cara untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 39

"Dan orang-orang yang kufur dan yang berbohong terhadap ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

Aktivitas Khusus Bagi Qolbu

Aktivitas hati yang paling mendasar dan sekaligus sebagai landasan dalam beragama adalah mahabbah (cinta) pada Allah Ta'ala. Karena cinta pada Allah itu yang nantinya akan dilihat olehNya, bukan hal-hal yang lain, tetapi inti dari aktivitas hati. Sebagaimana hadits Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam :

"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk fisikmu, tetapi Allah melihat pada kalbumu."

Memang Allah tidak menilik rupa, melainkan kalbu, yaitu kalbu yang hidup yang berhubungan langsung dengan Allah, yang meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan hisab Nya, mengharapkan selalu rahmat Nya dan menghindari siksaNya. Kalbulah yang menjadi andalan satu-satunya tatkala menghadap Kholiq Nya, yakni pada : "Hari dimana harta dan anak pinak tiada berguna lagi, kecuali kalbu yang sejahtera." Tanpa kalbu yang hidup dan penuh yakin, manusia ini pada hakekatnya adalah mati :

"Apakah orang-orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan yang berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.?" (QS. Al An'am : 122)

Jadi cinta kepada Allah adalah sebagai sarana aktivitas khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk menghidupkan yang mati. Sedangkan untuk bisa mencintai Allah Ta'ala, maka harus melalui cinta pada Rasul Nya. Allah telah berfirman :

"Katakanlah : Bila kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku ! Niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu ! Allah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Demikian juga dalam QS. Al Maidah ayat 35 :

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah pada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada Nya dan berjihadlah pada jalan Nya, supaya kalian mendapat keberuntungan."

Yang dimaksud wasilah disini adalah tempat yang tertinggi di surga, dan itu hanya milik Rasulullah, jadi untuk bisa mencapai nilai takwa yang sebenarnya pada Allah Ta'ala harus memintakan wasilah itu untuk Rasulullah dan orang yang memintakan wasilah itu untuk Rasulullah tidak mungkin kecuali ia mencintainya.Jadi perintah Allah (dalam QS. Al Maidah ayat 35) untuk mencari wasilah agar dapat mendekat pada Nya, pada hakekatnya adalah perintah untuk mencintai Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasalam.

"Dari Abi Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda: Jika kalian bersholawat padaku, maka mintalah untukku wasilah. Ditanya : Wahai Rasulullah, apa wasilah itu? Beliau menjawab : Tempat yang tertinggi di surga, tidak dapat memperolehnya kecuali satu orang saja dan berharap menempatinya." (HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzy - Lihat Mukhtashor I / 514)

Dari sini bisa disimpulkan bahwa mencintai Allah dan Rasul Nya adalah aktivitas inti untuk bisa menghidupkan hati. Itulah inti khusus dari aktivitas hati. Dan hal itu harus senantiasa terjaga, terpelihara dan istiqomah agar tetap bisa menghadap Allah dengan hati yang sejahtera (qolbun salim). DR. Yusuf Qordhowi juga berpendapat bahwa hati, sebagaiman jasad juga butuh terhadap tiga hal, yaitu pemeliharaan, santapan dan pengobatan. (Lihat Yusuf Qordhowi, At Tarbiyah Al Islamiyah wa Madrosah, Hasan Al Banna, Terjemahan, hal. 14)

A. KEBUTUHAN-KEBUTUHAN HATI

Hati (qolbun) harus dijaga dan dipelihara dari lingkaran setan, cinta dunia, yang nyata-nyata merupakan bentuk kejahatan dan sumber penyakit. Untuk itu pemeliharaannya harus pula dibarengi dengan penanaman keyakinan akan akherat, selalu menyadari keadaan (yang hanya bersifat semu) yang kita miliki ketimbang keagungan milik Allah, yang pertama bersifat fana, dan yang kedua bersifat Kekal. Allah berfirman dalam QS. An Nahl : 96

"Apa-apa yang ada di sisimu akan binasa dan apa-apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."

Pemeliharaan kalbu harus senantiasa terus dilakukan, agar tidak ada celah yang membuat setan bisa memasukinya. Adapun pemeliharaannya dilakukan dengan dua hal :

A. MENJAGANYA DARI TEMPAT-TEMPAT YANG BISA DIMASUKI SETAN

Ketahuilah bahwa kalbu itu semisal benteng pertahanan manusia, sedangkan musuhnya adalah setan yang berusaha untuk bisa masuk ke benteng itu dengan mencari celah-celahnya. Oleh karena itu benteng itu harus terjaga, dan tidak mungkin seseorang bisa menjaga tanpa mengetahui celah-celah dari benteng itu, karena justru celah-celah itulah yang harus mendapat perhatian untuk dijaga. Demikian pula dengan hati, ia memiliki celah-celah yang harus kita jaga agar setan tidak bisa masuk. Adapun celah-celah yang harus kita jaga adalah:

1. Hasud (Iri Hati) atau Ambisi (Hirsh) terhadap Sesuatu untuk Menjadi Miliknya

Iri hati (hasud) juga merupakan celah kalbu yang bisa berbahaya jika tidak dijaga, karena dengan celah iri hati setan / iblis mampu membuat permusuhan dan kebencian, dan hasud tidak bisa dipisahkan dari keduanya. Iri hati termasuk sifat yang sangat tercela dan dapat menimbulkan sifat-sifat yang tercela lainnya, sehingga mampu menghabiskan kebaikan-kebaikan yang dimiliki manusia. Rasulullah bersabda :

"Iri hati itu memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memekan kayu bakar." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Dan sabda yang lain :

"Janganlah kamu saling iri, saling memutus hubungan dan saling membenci, serta jangan pula saling membelakangi. Jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana yang telah Allah perintahkan pada kalian." (HR. Bukhori dan Muslim)

Jenis hasud dan macam-macamnya :

  1. Membenci kenikmatan yang diperoleh orang lain dan menyukai hilangnya nikmat itu dari orang tersebut.
  2. Tidak menyukai hilangnya nikmat itu dan menginginkan perolehan yang serupa, hal ini disebut ghibthoh. (Lihat Mau'idhotul Mu'minin, hal 252)

Yang pertama hukumnya haram, sebagaimana dijelaskan oleh hadits diatas, kecuali kenikmatan yang diperoleh seorang durhaka, dimana kenikmatan itu dilakukan untuk hal-hal yang terlarang, seperti merusak dan menyakiti orang lain. Bom nuklir yang dimiliki oleh negara-negara kafir (Amerika, Cina, Perancis dan sebagainya), maka tidaklah mengapa menyukai hilangnya nikmat itu dari orang-orang tersebut, dalam kaitan penggunannya sebagai alat perusak.

Adapun sifat hasud ini pada dasarnya sama dengan ungkapan marah pada keputusan Allah dalam mengutamakan sebagian hamba Nya atas sebagian yang lain, tanpa ada alasan dan kebolehan untuk berbuat demikian. Dan tidak ada kemaksiatan yang lebih besar atas kebencian seseorang terhadap kesenangan seorang muslim, tanpa ia memperoleh kerugian dan bahaya darinya. Allah telah memberikan isyarat :

"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana mereka bergembira karenanya."

Kegembiraan semacam ini disebut syamaatah, yakni kegembiraan atas bencana dan musibah yang menimpa orang lain. Jadi hasud dan syamaatah ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Adapun mengenai ghibthoh, yakni menginginkan kenikmatan seperti yang diperoleh orang lain dan mendapatkan kenikmatan yang serupa untuk dirinya, selama tidak menyukai hilangnya nikmat itu dari orang tersebut, dan tidak membenci tetapnya nikmat nikmat itu pada orang tersebut, maka hal ini tidak dilarang dalam agama.

Tetapi menginginkan berpindahnya nikmat orang lain itu sendiri padanya, karena niat tersebut memang menjadi tuntutan dan cita-citanya, maka hal ini merupakan sikap tercela. Allah Ta'ala telah berfirman :

"Dan janganlah kamu mengharap-harapkan karunia yang telah dilebihkan oleh Allah pada sebagian kamu atas sebagian yang lain." (QS. An Nisa' : 32)

2. Suka marah (Ghodhob)

Orang yang sedang marah biasanya lupa daratan, dia sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Marah merupakan celah yang sangat berbahaya bagi hati jika tidak dijaga. Dan menurut Ibnu Qudamah, marah mampu membinasakan dan melemahkan akal yang sehat. (Mukhtashor Minhajul Qoshidin, hal. 1) Dan sebagaimana diriwayatkan dari Ja'far, bahwa :

"Marah (yang tidak terkendali) adalah kunci segala sesuatu kejelekan." (Mau'idhotul Mu'minin, M. Jamaluddin Al Qosimy, hal. 242)

Demikian pula firman Allah dalam QS. Al Fath : 26

"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul Nya dan kepada orang-orang yang beriman."

Allah Ta'ala mencela orang-orang kafir atas apa yang mereka perlihatkan berupa kesombongan yang muncul dari kemarahan, dan memuji orang-orang yang beriman dengan menurunkan ketenangan atas mereka.

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata pada Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam, "Ya Rasulullah, suruhlah aku untuk mengerjakan satu amalan, tetapi yang sedikit saja." Maka bersabdalah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam : "Jangan marah !" Kemudian orang itu mengulangi permintaannya, maka bersabdalah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam, "Jangan marah !" Kemudian Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda pula "Siapakah yang dianggap orang kuat diantara kamu ?"Para sahabat menjawab, "Orang yang tidak bisa dikalahkan oleh orang banyak." Rasullullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda : "Bukan itu, tetapi yang dapat menahan dirinya ketika marah." (HR. Bukhori dan Muslim, Ibid Hal. 242)

Tingkatan marah (Disadur dari Mau'idhotul Mu'minin)

Perlu diketahui bahwa hati tempat bersemayamnya daya marah manusia. Dan untuk daya marah ini, tiap manusia berbeda-beda, jika dilihat secara riil dalam kehidupan manusia, maka daya marah ini ada tiga macam :

a. Melenyapkan daya marah atau melemahkannya. Hal ini merupakan perbuatan tercela. Orang seperti inilah yang dikatakan tidak mempunyai sikap membela diri. Padahal Allah Ta'ala memerintahkan pada kita untuk bersifat marah dan keras terhadap pelaku-pelaku kekufuran yang dengan terang-terangan menentang Allah. Allah berfirman dalam QS. Al Fath : 29

"Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya (para sahabat) adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir."

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman kepada Nabi Nya :

"Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikaplah keras terhadap mereka."

Sikap keras ini tidak lain merupakan pengaruh dari kekuatan pembelaan diri yang bersumber pada sifat marah.

b. Daya marah yang melampaui batas, yakni senantiasa memenangkan sifat marah sehingga keluar dari siasat akal. Marah seperti inilah yang dicela oleh Rasulullah pada hadits diatas.

c. Daya marah yang sesuai dengan petunjuk syara' dan akal, sehingga kemarahan itu bangkit manakala ada keharusan untuk membela diri dan melemah manakala kesabaran merupakan jalan yang terbaik. Dan memelihara kemarahan dalam batas pertengahan inilah kelurusan yang diperintahkan Allah kepada hamba-hamba Nya. Dan itulah yang diisyaratkan Rasulullah dalam sabdanya :

"Sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya." (HR. Baihaqi)

Keutamaan menahan marah

Allah berfirman dalam QS. Ali Imran 133 - 134 :

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang menahan amarah adalah termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Ampunan Allah akan mereka peroleh, disamping surga Nya yang disediakan bagi mereka, maka betapa mulianya balasan yang mereka peroleh ini.

Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang menahan amarahnya, Allah akan menahan dari siksa Nya, dan barang siapa mengemukakan udzur kepada Tuhannya, Allah akan menerima udzurnya. Dan barang siapa menyimpan lisannya, Allah akan menutupi aibnya." (HR. Thobarani dan Baihaqi).

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki dari kalangan orang Arab yang kasar berkata kepada Umar r.a., "Demi Allah, engkau tidak memutuskan dengan adil dan tidak memberi cukup banyak." Mendengar itu marahlah Umar r.a., sehingga tampak tanda kemarahan di wajahnya. Maka berkatalah salah seorang laki-laki kepadanya : "Wahai Amirul mu'minin, tidakkah engkau mendengar firman Allah :

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS. Al A'raf : 199)

Sedangkan orang ini termasuk orang yang bodoh." Maka rendahlah amarah Umar r.a., dan dimaafkannya orang itu.

3. Senang Berhias (Hubbu Tazyin)

Ketika manusia hidupnya hanya dipenuhi kesenangan yang selalu ingin menghias dirinya sehingga hampir setiap saat pergi ke boutique untuk mencari pakaian tren / mode terbaru. Atau senang menghias rumahnya dan selalu hidupnya hanya untuk berhias pada sesuatu yang seharusnya sudah cukup baik. Maka orang tersebut telah kemasukan syaithon / penyakit dalam hatinya sehingga hidupnya merugi karena selalu dikejar-kejar kemewahan dunia yang semu.

4. Selalu Kenyang (Syiba')

Sesungguhnya kenyang itu dapat menguatkan syahwat dan emosi untuk selalu mengumbar nafsu. Sebaliknya, kenyang justru dapat melemahkan seseorang dari ketaatannya pada Allah karena realitanya orang yang terlampau kenyang maka karbohidratnya banyak sehingga orang itu mengantuk, akhirnya ia malas untuk melakukan aktivitas ibadah.

5. Tamak

Orang muslim hendaknya tidak bersifat tamak dan tidak menginginkan apa yang ada ditangan orang lain, dan tidak pula berkeinginan mencari harta dengan jalan menghalalkan segala cara. Demikian itu agar dia tidak ternodai oleh ketamakannya yang akan menjerumuskannya pada akhlak yang buruk dan munkar. Namun manusia memang bertabiat tamak dan tidak merasa puas. Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seandainya anak Adam (manusia) itu memiliki dua lembah dari emas, niscaya ia menginginkan tambahan lembah yang ketiga." (HR. Bukhori dan Muslim)

Jadi sikap tamak harus benar-benar dijauhi , karena juga merupakan celah yang sangat berbahaya jika tidak dijaga. Caranya, yaitu harus dengan diyakini bahwa rizki itu yang memberikan adalah Allah semata.

6. Terburu-buru dalam beraktivitas tanpa berpikir terlebih dahulu, juga merupakan celah hati yang sangat berbahaya. Rasulullah bersabda :

"Tergesa-gesa adalah sifat dari setan dan perlahan-lahan (berpikir sebelum bertindak) adalah perbuatan yang diridhoi Allah." ( HR. Tirmidzi )

7. Cinta harta, pangkat dan popularitas, juga merupakan celah hati yang harus senantiasa dijaga karena merupakan aktivitas tercela yang mengakibatkan fitnah atas manusia.

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allahlah pahala yang besar." (QS. Ath Thoghobun : 15)

Dan firman Nya yang lain :

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (QS. Al 'Alaq : 6-7)

Rasulullah bersabda :

"Binasalah orang-orang yang memperbanyak harta, kecuali orang yang mengatakan harta itu untuk hamba-hamba Allah sekian dan sekian, akan tetapi sedikit sekali orang yang seperti itu." (HR. Bukhori dan Muslim)

Cinta harta yang dimaksud disini adalah mencintai harta lebih dari segala-galanya sehingga melalaikan dzikir pada Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan dari mengingat Allah. Barang siapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. Al Munafiqun : 9)

Untuk menjaga celah ini dengan meyakini bahwa rezeki semata-mata di tangan Allah.

8. Ta'ashshub golongan, juga merupakan celah hati yang berbahaya, dan jika tidak dijaga akan mengakibatkan permusuhan dikalangan umat Islam.

9. Su'udzon, ghibah, tajassus, dan tidak adanya kasih sayang sesama muslim dengan membuka aib-aib mereka. Semua itu juga merupakan penyakit-penyakit hati yang bisa menjadi celah bagi masuknya setan, maka ia harus dijaga dengan menjauhi perbuatan-perbuatan itu semua, dengan mengikat tali persaudaraan secara kuat. (Lihat QS. Al Hujurat : 10-13)

Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al Maliky berkata : "Barang siapa yang di hatinya tidak ada kasih sayang atas semua orang Islam, lebih-lebih terhadap orang yang tertimpa musibah dan bala' dan orang-orang lemah serta orang-orang miskin maka ia termasuk berhati keras dan lemah imannya serta jauh dari Tuhannya." (Qul Hadihi, hal 12)

B. MENJAUHKAN DIRI DARI HAL-HAL YANG MENGHANCURKAN HATI (AL MUHLIKAT)

Sesuatu yang dapat menghancurkan hati biasanya berkaitan dengan Dosa-dosa Besar. Namun dalam kaitannya dengan pembahasan hati, Dosa besar yang dimaksud di sini adalah Dosa-dosa yang berkaitan dengan batin yaitu hati, bukan masalah-masalah dhohir. Adapun Muhlikat (yang menghancurkan hati) yang harus kita hindari adalah sebagai berikut:

1. Menyekutukan Allah Subhaanahu wata'aala (Syirik)

Adapun macam-macam aktivitas yang masuk dalam kategori Syirik adalah sebagai berikut :

  1. Menjadikan sebagian dari Rizqi yang didapat, dipersembahkan kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

    Hal semacam ini sering kita lihat, misalnya membuat sesaji untuk Mbah Rekso, Mbah Slamet, Si Penunggu Pohon, atau untuk Si Manis Jembatan Ancol agar jembatan yang dilewatinya tidak memberikan madhorat, meletakkan padi, jagung dan yang lainnya pada awal pendirian rumah, menginjak telur bagi pengantin, maka itu semua termasuk kategori syirik dalam ibadah kepada Allah Subhaanahu wata'aala. Dan perbuatan ini jelas akan merusak hati, sehingga tidak akan pernah sampai kepada Allah Subhaanahu wata'aala.

    "Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka; "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami." Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan sajian-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, mak sajian-sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu." (QS. Al An'am : 136)

  2. Mempersembahkan Sembelihan kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala

    Misalnya mengadakan pengorbanan kepada Nyai Roro Kidul dengan menyembelih seekor kerbau yang di buang di Laut Selatan, agar Sang Nyai tidak murka lagi (karena kehilangan selendang). Atau mengadakan sembelihan yang diperuntukkan bagi arwah-arwah nenek moyang. Itu semua termasuk dalam kategori Syirik dalam Ibadah. Karena pengorbanan dengan penyembelihan hanya diperuntukkan semata-semata kepada Allah Subhaanahu wata'aala.

    "Sesungguhnya Kami memberikan padamu Telaga (Al-Kautsar), maka sholatlah untuk-Ku dan berkorbanlah untuk-Ku juga." (QS. Al Kautsar: 1-2)

    Dan diriwayatkan dari Ali radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullaah Shollallaahu 'alaihi wassalam bersabda:

    "Allah mela'nat orang yang menyembelih tidak diperuntukkan bagi Allah ..." (HR. Muslim)

  3. Berdo'a kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala

    Allah telah menjelaskan bahwa do'a itu adalah ibadah, dalam Firman-Nya, QS. Ghafir ayat 60

    "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoa'alah kepada-Ku, niscaya akan kukabulkan padamu." Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari (menyembah-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina."

    Demikian pula sabda Rasulullaah Shalallaahu'alaihi wassalam;

    "Doa itu adalah ibadah" (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

    Jadi barang siapa yang berdo'a kepada selain Allah, maka ia telah beribadah kepadanya. Sehingga ia bisa masuk zona syirik. Allah berfirman; QS. Al A'raf: 194

    "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah adalah makhluk yang lemah yang serupa dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkan mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar."

  4. Bertahkim kepada selain Hukum Allah

    Barang siapa yang meninggalkan Hukum Allah dan menggantinya dengan Hukum yang dibuat oleh manusia, seperti Undang-undang atau Aturan-aturan yang bertentangan dengan Syari'at Islam ( Konsep Islam ), maka berarti ia telah menyembah ( beribadah ) kepada selain Allah, karena Hukum itu adalah Ibadah. Allah Subhaanahu wata'aala berfirman:

    "Tiada Hukum kecuali milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya , itulah Agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (QS. Yusuf : 40)

    Jadi orang-orang yang mengganti Sistem Islam ini dengan sistem-sistem yang lain, termasuk dalam kategori Syirik, yang harus dijauhi oleh setiap muslim.

  5. Menghalalkan kemungkaran dan senang akan tersebarnya kemungkaran itu

    Orang-orang yang senang baik secara dhohir maupun batin akan tersebarnya Kema'siatan, serta menghalalkan perbuatannya itu, maka ia termasuk Kufur yang imannya hilang, meskipun ia beranggapan bahwa dirinya seorang muslim. Dan bagaimana ia beranggapan seperti itu bersamaan dengan itu ia menghalalkan perempuan-perempuan yang membuka aurat di pasar, bahkan menghina dan mengejek masyarakat Islam yang melaksanakan Ajaran Islamnya secara kaffah. Maka untuk itu, kita tidak diperkenankan untuk duduk berdampingan dan bersenang-senang dengan mereka, Allah Subhaanahu wata'aala berfirman :

    "Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur'an , bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang Kafir ), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya ( Kalau kamu berbuat demikian ) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah mengumpulkan semua Orang-orang Munafiq dan Orang-orang Kafir di dalam Jahannam." (QS.An Nisa' : 140 )

  6. Mengaku-aku memiliki Ilmu Ghaib

    Jika seseorang mengaku-aku memiliki Ilmu Ghaib, maka ia telah berbuat Syirik dan Kekufuran, karena yang memiliki Ilmu dan yang mengetahui Keghaiban hanyalah Allah dan Rosul-rosul-Nya yang dikehendaki. Allah berfirman dalam QS. Al Jin : 27

    "Ialah yang mengetahui Keghaiban, maka Keghaiban itu tidak diberikan pada siapapun kecuali dari kalangan Rasul yang dikehendaki..."

    Masuk kategori orang yang mengaku-aku dalam masalah keghaiban adalah dukun atau paranormal dan percaya pada ramalannya (takahhun). Dan tentang hal itu Rasulullah bersabda :

    "Barang siapa yang datang pada dukun dan ia mempercayai omongannya, maka ia telah Kafir terhadap yang diturunkan pada Rosulullaah Shollallahu 'alaihi wassalam." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi serta Abu Dawud)

  7. Tathayyur

    Sebagian dari kita berkeyakinan hari baik dan hari buruk. Bahwa hari, bulan atau tahun tertentu dapat membawa kesialan atau keberuntungan. Maka, pada hari-hari yang diyakininya membawa kesialan, dia tidak mau melangsungkan hajatnya, semisal mendirikan rumah, menikahkan, bepergian, membuka usaha, dan lain-lain. Terlebih pada hari yang disebutnya "Rabu Wekasan." Rabu terakhir bulan Shafar ini diyakini sebagai hari na'as. Pada hari itu menurut pendapatnya, 2000 bala' turun dari langit. Persis pada hari itu banyak orang tidak menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Inilah yang disebut dengan tathayyur. Ada juga yang saking takutnyakemudian melakukan sholat Rabu Wekasan atau sholat tolak bala'. Benarkah itu ?

    Memang, ada sebuah hadits yang mengatakan :

    "Hari Rabu adalah hari sial selamanya." (Hadits dhoif riwayat Ath Thabarani).

    Ceritanya, dahulu pada hari Rabu diturunkan penyakit pada Nabi Ayyub, dilahirkannya Fir'aun, Fir'aun mengaku menjadi tuhan dan hari dimana Fir'aun dan tentaranya tenggelam di lautan Merah. Namun ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa hari Rabu Allah menciptakan sungai dan pepohonan. Dalam kitab Ta'lim Muta'aliim, diterangkan bahwa pada hari Rabu Allah menciptakan nuur (cahaya). Ulama' banyak menganjurkan mengaji ilmu pada hari Rabu, sebab ilmu adalah cahaya, dan cahaya diciptakan pada hari Rabu. Bila kita hitung-hitung, maka kesimpulan antara keberuntungan dan kesialannya adalah fifty-fifty.

    Bila kita mau menengok hukum syara', sebenarnya "Al ayyaam kulluha lillah, semua hari itu kepunyaan Allah." Yang menjadikan bahaya dan madharat tiada lain hanyalah Allah Ta'ala. Jadi, tidak ada kamus hari baik atau hari buruk. Secara sunnatullah memang ada, sebagaimana manusia ada yang baik, juga ada yang buruk. Dengan demikian buruk atau tidaknya sesuatu tergantung pada keyakinan orangnya. Bila dia berkeyakinan hari itu buruk, maka bisa jadi buruk, sebab disamping Allah memenuhi kebutuhan lahiriyah, juga memenuhi kebutuhan batiniyah. Dalam hadits Qudsi,

    "Aku (Allah) menurut persangkaan hambaKu."

    Karena keyakinan ini amat mengkhawatirkan, bisa jadi membuat umat menjadi syirik, maka syara' menegaskan :

    "Tidak ada tanda-tanda kesialan (thiyarah), dan tidak ada pula bahaya bulan Shafar."

    Agar tidak timbul kesan kurang baik pada bulan Shafar, Nabi kemudian menambahkan namanya "Shafarul khoir, bulan Shafar yang membawa kebaikan." Imam Al Munawi dalam Kitab Faidhul Qodir I / 47 menyebutkan :

    "Siapa yang tathayyur, maka kesialan akan menimpanya."

    Bila tidak (berkeyakinan begitu), maka tidak (pula ada kesialan). Mengenai sholat Rabu Wekasan, karena sholat itu ibadah tauqifi (ibadah yang diatur oleh sunnah Rasul), maka tidak usah diistilahkan demikian. Bila kita ingin dijauhkan dari bahaya, mohonlah pertolomgan dengan sholat hajat atau dengan berdoa.

  8. Belajar Sihir, Memiliki Jimat, dan berdo'a dengan menggunakan nama-nama Jin

    Dan barang siapa yang mempelajari sihir, berdo'a dengan menggunakan nama-nama jin / syaithan, seperti memanggil jaelangkung serta memiliki jimat-jimat yang menyebut nama-nama jin tertentu dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk menyihir seseorang agar senang pada istrinya atau membencinya, maka itu semua adalah Kekufuran dan termasuk kategori syirik. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah :102, yang terjemahannya sebagai berikut :

    "Dan mereka mengikuti Apa (Kitab-kitab Sihir) yang dibaca oleh Syaithan-syaithan pada masa Kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan; Sulaiman itu mengerjakan Sihir), padahal Sulaiman tidaklah Kafir (mengerjakan Sihir). Mereka mengajarkan Sihir pada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di Negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu) sebab itu janganlah kamu Kafir." maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (Ahli Sihir) tidak memberikan madhorat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi madhorat kepadanya dan tidak memberi manfa'at. Demi Allah, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang telah menukarnya (Kitab Allah) dengan Sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akherat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan Sihir, kalau mereka mengetahui."

    Dan sabda Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam:

    "Tidak termasuk golongan kami orang berdukun atau minta didukunkan , bersihir atau minta disihirkan, atau meminta baik pada kondisi tertentu (seperti hari baik) atau dimintakan baik pada kondisi tertentu" (HR. Al Bazzar dengan Sanad Baik)

  9. Mentaqdiskan sesuatu yang tidak ada artinya

    Mensucikan dan menganggap keramat benda-benda tertentu seperti cincin, keris, batu atau pohon besar, dimana benda-benda itu diyakini bisa mendatangkan madhorat dan manfa'at adalah termasuk perbuatan syirik (lepas dari pada adanya kekhususan / khasiat yang diberikan Allah pada benda-benda tertentu, seperti daun simbuan berkhasiat pembersih perut, dan lain sebagainya). Juga termasuk dalam kategori ini aktivitas-aktivitas pentaqdisan yang bersumber dari ajaran kebangsaan atau acara-acara seremonial yang sudah mentradisi, seperti pembukaan Pekan Olah raga dengan api.

    Karena syirik adalah perbuatan hati, maka seorang baru dihukumi syirik karena menjalankan hal-hal tersebut diatas dengan penuh keyakinan, sedangkan yang menjalankannya karena ikut-ikutan maka ia dihukumi bodoh. Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 5 :

    "Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu salah (karena kebodohanmu) kepadanya, tetapi (yang ada dosa) yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

    Nabi Musa 'alaihis salam menjawab ulah kaumnya yang didasari kebodohan dengan ucapan :

    "Sesungguhnya kalian kaum yang bodoh."

    bukan dengan ucapan :

    "Sesungguhnya kalian orang-orang yang musyrik."

    Syirik adalah paling besarnya hal yang merusak hati, karena syirik adalah kedholiman yang besar. Allah berfirman dalam QS. Luqman : 13

    "Sesungguhnya syirik adalah kedholiman yang besar."

    Karena itu Allah Subhanahu wata'ala tidak akan mengampuni dosa syirik. Allah berfirman dalam QS. An Nisa' ayat 48

    "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain itu, bagi orang yang dikehendaki Nya."

2. Ragu terhadap Agama (Syak Fid Din)

Ragu tehadap nilai-nilai agama bisa terjadi pada setiap orang, yang demikian itu sangatlah barbahaya oleh karenanya harus dihilangkan dari hati setiap muslim dengan bersungguh-sungguh memahami nilai-nilai aqidah Islamiyah, seperti menganggap bahwa ajaran semua agama adalah benar.

Termasuk sebagian keraguan pada agama adalah menafikan dengan yakin akan kema'shuman Rasulullah dan menganggap bahwa beliau adalah sama dengan orang-orang biasa dalam segala hal. Inti keraguan itu nantinya bisa bercabang pada keraguan-keraguan yang lain.

3. Sombong ( Kibr )

Sombong adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan ia termasuk perusak (Muhlikat) pada hati yang salim, karena ia merupakan sifat-sifat Syaithan atau Iblis. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala; QS. Al Baqarah :34

"Ketika Kami berkata kepada malaikat-malaikat: "Bersujudlah kalian pada Adam, maka mereka bersujud kecuali Iblis, ia enggan dan sombong, dan ia termasuk orang-orang yang Kufur."

Sombong (Kibr) adalah aktivitas yang sangat dibenci oleh Allah, sebagaimana dalam Firman-Nya dalam QS. An Nahl : 23

"Sesungguhnya ia tidak mencintai orang-orang yang sombong."

Adapun berpakaian yang baik dan bersandal yang bagus secara tidak bangga dan menghina orang lain, dengan itu semua, maka aktivitas-aktivitas itu tidak termasuk sombong. Rasulullah bersabda :

"Tidak masuk Syurga (bersama-sama dengan orang-orang Assabiqunal awwalun) orang yang di dalam hatinya ada seberat atom dari kesombongan. Berkata seorang laki-laki: "Wahai Rasulullah!", seorang laki-laki yang menyenangi pakaian bagus, sandalnya bagus (apakah ia sombong?), maka Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya Allah adalah Indah dan menyukai keindahan, Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim)

Meskipun sombong itu ada dalam hati, namun ia bisa terlihat melalui tanda-tandanya sebagai berikut :

  1. Suka dikedepankan (tashaddur) diantara manusia.
  2. Suka menampakkan diri dengan kapasitasnya.
  3. Kalau duduk selalu minta di depan agar diketahui orang bahwa ia adalah baik.
  4. Jalannya dibuat-buat supaya tampak indah.
  5. Tidak suka kalau ucapannya dibantah, padahal ia tahu bahwa ucapannya memang salah.
  6. Suka meremehkan manusia dan membangga-banggakan keturunannya (Mis: Ningrat atau darah biru).

Seorang muslim seyogyanya bersikap tawadhu' untuk menjauhi aktivitas-aktivitas yang membuat ia sombong. Rasulullah bersabda :

"Barang siapa yang tawadhdhu'(rendah hati), maka Allah akan meninggikannya. Dan Barang siapa yang sombong, maka Allah akan merendahkannya." ( HR. Atthobarani )

4. Riya'

Dari sebagian muhlikat yang terbesar adalah riya', yaitu: menuntut pujian dari manusia ketika melakukan aktivitas ibadah. (Lihat Qul Hadihi Sabili, Dr. Sayyid Muhammad), bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wassalam menamai riya' dengan syirik kecil / khofiy. Allah berfirman:

"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka beramallah dengan amal yang baik dan jangan menyukutukan beribadah pada Tuhannya dengan apapun." (QS. Al Kahfi : 110) dan lihat QS. Al Ma'un : 4, 5, 6, dan 7.

Rasulullah bersabda :

"Barang siapa berpuasa ingin dilihat (orang), maka ia telah berbuat Syirik. Dan barang siapa sholat ingin dilihat, maka ia syirik serta barang siapa ia bershadaqah ingin dilihat manusia, maka ia telah berbuat syirik." (HR. Imam Ahmad)

5. `Ujub (Bangga Diri)

'Ujub adalah pandangan manusia pada kemampuannya dan kekuatannya, namun ia lupa bahwa itu semua adalah anugerah Allah pada dirinya.

Allah berfirman dalam Q.S. At Taubah : 25

"Pada hari Hunain ketika banyaknya kalian membuat kalian bangga diri (`ujub), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun."

Bahaya `ujub :

  1. Mendorong pada perbuatan sombong.
  2. Adapun berhubungan dengan Allah, `ujub dapat menyebabkan seseorang melupakan dan mengabaikan dosa-dosanya di masa lalu.
  3. Melahirkan kekaguman atas amal-amal ibadah yang ia lakukan, sebenarnya ia lupa bahwa aktivitas ibadah yang ia lakukan berkat rahmat Allah pula.
  4. Menganggap dirinya paling suci dan paling benar.

Rasulullah bersabda :

"Ada tiga perkara yang membinasakan, yaitu : orang kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan kekaguman seseorang pada dirinya." (HR. Abusy-Syaikh)

Dan firman Allah QS. An Najm : 32

"........ Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci."

6. Tertipu Diri (Al Ghurur / Al Ightiror)

Al Ghurur inipun termasuk sebagian Muhlikat yang bisa merusak hati. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Fathir : 5

"Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini menipu kamu dan janganlah sekali-kali Syaithan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah."

Macam-macam Tertipu Diri :

a. Tertipu diri bagi orang-orang yang tho'at. Misalnya; seorang yang senang melakukan Sholat Malam, kemudian ia merasa bangga dengan hal itu, sehingga ia menganggap bahwa orang-orang yang tidak sholat malam adalah tidak sebaik dirinya.

b. Tertipu diri bagi orang-orang yang berbuat ma'shiyat. Misalnya; seorang berbuat ma'shiat kemudian ia bertaubat dan beristighfar pada-Nya dengan lisannya tanpa menyertai syarat-syarat taubat, namun ia menganggap telah diampuni oleh Allah.

c. Mengandalkan kesholihan para leluhurnya, sedang ia seorang yang banyak bermaksiat, dan tidak mengikuti jejak mereka.

d. Bergabung dengan suatu jama'ah, dan beranggapan bahwa jamaahnya dalah jama'ah yang paling benar konsepnya dan paling baik, yang ditandai dengan meremehkan jama'ah yang lain.

Macam-macam muhlikat tersebut diatas akan merusak hati manusia, dan apabila hatinya rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Rusak jasad seluruhnya dapat diartikan dua arti :

  1. Mempengaruhi kerusakan seluruh anggota jasad dalam aktivitasnya, karena itu yang terlihat hanyalah kemaksiyatan, kejahatan dan keburukan.
  2. Mempengaruhi kerusakan seluruh amalnya, dalam arti terhapus pahalanya. Karena hasud misalnya, akan dapat menghapus pahala sholatnya, pahala puasanya, pahala hajinya dan lain-lain.

Bersabda Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam dalam riwayat hadits Bukhori dan Muslim:

"Ingatlah, bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah ! itu adalah HATI."

B. SANTAPAN HATI

Setelah kalbu kita terpelihara dari penyakit-penyakit yang sangat merusak itu, maka tibalah gilirannya kita memberinya konsumsi / santapan segar, yaitu dengan selalu mengadakan hubungan dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan tiga hal :

a. Berdzikir (Selalu ingat kepada Allah dalam semua aktivitas), apakah dzikir bil qolbi, dzikir bil lisan, dzikir bil qolbi wal lisan wal jawarih (anggota badan), seperti sholat, dzikir bit tafakkur dan macam-macam dzikir lainnya. (Mengenai Dzikir, bisa dilihat pada mansyuroh yang berjudul : "Al Ghoflah wal Marodh", pada Al Mu'tashim Edisi lama No. 2, dan Edisi baru No.1)

b. Bersyukur atas karunia yang diberikan Allah, apapun yang diterima, yang ditandai dengan patuh menjalankan perintah-perintah Nya dan selalu memuji Nya, sekaligus sabar dan tawakkal atas musibah yang menimpanya yang ditandai dengan tidak pernah mengeluarkan kata penyesalan (al jaza'), karena semuanya dikembalikan kepada Allah dan diterima dengan hati yang lapang.

c. Husnul Ibadah, dengan memperhatikan ittiba' sunnah Rasul, syarat, rukun dan adab-adabnya, jika itu adalah mahdhoh. Dan jika itu ibadah 'ammah dengan segala perkataan dan perbuatan yang diridhoi Allah karena keikhlasan semata-mata kepada Nya..

Untuk menunjang terlaksanya husnul ibadah, perlu faktor penunjang sebagai amal rutinitas dalam rangka melatih diri untuk pendekatan diri kepada Allah, diantaranya :

  1. Mengutamakan pelaksanaan ibadah-ibadah fardhu, kemudian mengiringinya dengan sunnah (nawafil)
  2. Melazimkan sholat berjama'ah.
  3. Merutinkan qiyamul lail dan sholat witir.
  4. Iltizamat-iltizamat tertentu seperti mebaca Al Qur'an, sholawat, aurad-aurad yang ma'tsur dari Rasulullah dan Salafush Sholih.
  5. Menjadikan aktivitas keduniaan menjadi ibadah dengan husnun niyah.

Tiga santapan bergizi tersebut didasari dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa'i, Ibnu Huzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim yang berbunyi :

"Wahai Mu'adz, demi Allah aku mencintaimu, maka janganlah kamu meninggalkan do'a pada setiap akhir sholat; "Ya Allah berilah aku pertolongan untuk dapat berdzikir kepada-Mu, bersyukurk kepada-Mu dan baiknya ibadahku pada-Mu."

C. PENGOBATAN HATI

Tidak bisa dipungkiri, bahwa hati manusia bisa terjangkiti penyakit, maka dalam kondisi seperti ini obatnya satu yaitu :

a. Meneliti sebab penyakitnya setelah itu bertaubat dengan mengganti aktivitas yang lebih baik.

b. Mengadakan riyadhotun nafs, mis; puasa-puasa sunnah, qiyamul lail, dzikir muhasabah, atau sering berkumpul dengan orang-orang yang sholeh.

c. Istiqomah dalam melakukan aktivitas-aktivitas Munjiyat, yaitu Aktivitas-aktivitas yang membuat qolbu / hati itu selamat dari penyakit-penyakit hati. Adapun aktivitas-aktivitas Munjiyat itu bisa diringkas sebagai berikut :

1. Ikhlas dan Husnun niyyah

Ikhlas pada Allah dengan niat yang benar adalah aktivitas yang bisa menghasilkan maqom yang mulia. Niat sangat penting dan berperan utama dalam melakukan aktivitas.

Rasulullah bersabda :

"Sesungguhnya aktivitas-aktivitas itu sah /sempurna dengan niat ... " (HR. Bukhori Muslim)

Dan sabdanya yang lain

"Niatnya seorang mukmin lebih baik dari aktivitasnya." (HR. Al Baihaqy dan Ath Thobaroni)

Yang demikian itu disebabkan bahwa niat adalah amal hati, sedangkan hati adalah sesuatu yang paling mulia dari seluruh anggota tubuh manusia. Jadi niat adalah lebih baik dari aktivitas anggota manusia.

Dengan demikian diharuskan bahwa seorang muslim haruslah beraktivitas dengan niat yang baik semata-mata mencari ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman dalam QS. Al Isra` : 19

"Barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik."

2. Taubat

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam QS. An Nur : 31

"Dan bertaubatlah kalian kepada Allah semuanya, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung."

Adapun syarat-syarat Taubat adalah sebagai berikut :

  1. Menyesal dalam hati atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
  2. Berlepas dari perbuatan dosa tersebut.
  3. Berkeyakinan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut kembali.
  4. Memperbanyak Istighfar

Hati selalu terkena bias-bias penyakit dan muhlikat, oleh sebab itu kita harus memperbanyak istighfar agar Allah mengampuni sekaligus menghilangkan penyakit hati itu dari diri kita. Allah berfirman dalam QS. Al Muzammil : 20

"Beristighfarlah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

4. Berharap atas Rahmat Allah dan Takut akan Adzab-Nya

Agar dapat mencapai qolbun salim, maka manusia harus selalu berharap ( Roja' ) akan rahmat-Nya dan takut ( khouf ) akan adzab-Nya. Kedua sifat ini harus dimiliki oleh seorang mu'min dalam keseimbangan tidak roja'nya yang lebih kuat dari pada khoufnya atau sebaliknya. Allah berfirman dalam QS. Al Isra : 57

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat ( kepada Allah ) dan mengharap Rahmat-Nya dan Takut akan Adzab-Nya..."

5. Sabar

Sabar dalam keta'atan, sabar dari kemaksiatan dan sabar keetika menghadapi musibah adalah ciri qolbun salim, disamping karena orang yang sabar akan bersama-sama dengan Allah, dalam QS. Al Baqarah ayat 153 Alloh berfirman :

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar."

6. Bertawakkal kepada Allah dan ridho atas ketentuannya-Nya

Seorang mu'min harus bertawakkal atas segala keputusan yang telah diambil, yakni memasrahkan semua urusan hanya pada Allah, agar dicintainya oleh-Nya dalam QS. Ali Imran : 159

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal."

Ridho atas segala keputusannya-Nya apapun keputusannya apakah keputusan itu membuat terkekangnya nafsu, hancurnya harta tetap kita harus ridho pada keputusan-Nya. Oleh karena itu seorang muslim haruslah bersikap husnudzon pada Allah dengan ridho kepada segala ketentuannya, maka Allah pun akan meridhoi-Nya. Allah berfirman dalam QS. Al Bayyinah : 8.

"Allah ridho pada mereka, merekapun ridho pada Allah."

7. Selalu Bersama dengan Allah, mencintai-Nya dan Dekat pada-Nya

Dekat dan cinta pada-Nya suatu amal yang paling mulia. Karena posisi itu hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar beriman pada Allah.

Firman Allah dalam QS. Al Baqarah : 165

"Dan orang-oran gyang beriman (pada Allah) adalah sangat mencintai Allah."

Rasulullah bersabda :

"Tiga hal yang barang siapa berada padanya akan menemukan manisnya iman : yaitu Allah dan Rasulnya paling dicintai dari segala hal ........" (HR. Syaikhoni)

Dan pertanda cinta pada Allah adalah mengikuti dengan baik dan benar sunnah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam. Dalam QS. Ali Imron : 31

"Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah Saya, sehingga Allah mencintai kalian dan mengampuni atas dosa-dosa kalian, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi pengasih."

8. Berfikir positif, mengurangi angan-angan yang kosong dan banyak mengingat mati

Memperbanyak berfikir tentang ciptaan-ciptaan Allah, ni'mat-ni'mat yang telah diberikan dan hari akhirat yang menantinya, dan mengurangi berangan-angan (yang kosong) dengan memperbanyak ingat (dzikir) akan kematian serta persiapan-persiapan apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi kematian. Itu semua adalah aktivitas-aktivitas yang baik, yang akan mengantarkan manusia pada maqom mahmudah (tempat terpuji di sisi Allah).

Demikianlah, aktivitas-aktivitas Munjiyat, karena waktu dan tempat yang terbatas, sehingga aktivitas-aktivitas Munjiyat yang lain belum dapat dibahas.

Setelah kita memahami aktivitas-aktivitas hati, pemeliharaannya, pengobatannya serta santapannya, maka kalau dipraktekkan dalam kehidupan kita, akan dapat melahirkan Qolbun Salim pada diri kita, yang dengannya akan melahirkan semangat perjuangan untuk tetap mempertahankan kejayaan Islam sampai akhir jaman, Insya Allah.

Surabaya, 27 September 1996

Qismu Dakwah Al Haraomain

Catatan kaki:

  1. Dr. Sayyid Muhammad Al Maliki, Qul Hadihi Sabili
  2. Dr. Yusuf Qordhowi, Attarbiyah Al Islamiyah Wa Madrasah Hasan Al Banna
  3. Abdul Majid Azzandani, Al Iman
  4. Jamaluddin Al Qosimi, Mau'idhotul Mu'minin
  5. Ibnu Qudamah, Minhajul Qosidin
  6. Mu'alam Assiddiqi, Syarah Riyadhus Sholihin

Tabarruj

TABARRUJ

Pembahasan wanita selalu menarik baik ditinjau dari segi manapun, karena wanita itu sendiri bersifat sebagai perhiasan kehidupan. (1) Perhiasan buruk atau baik akan mampu menarik mangsa untuk menikmatinya. Perhiasan ini selanjutnya dijadikan alat untuk mencapai tujuan-tujuan strategis. Tidak sedikit perhiasan ini difungsikan bersamaan dengan pengumbaran hawa nafsu. Karena itulah wanita berada pada posisi yang rawan. Mereka akan dilirik untuk dipropagandakan. Dengan demikian keberadaannya tergantung pada yang menguasainya, dan juga diwarnai oleh lingkungan tempat dia berada. Pada kondisi sekarang ini, wanita berada pada lingkungan atau sistem yang tidak kondusif untuk pembentukan kepribadian yang sholihah.

Perubahan sistem dari kondisi yang dholim ini kelak bisa mengantarkan terbentuknya suatu tatanan masyarakat yang islami, yang kemudian mampu melahirkan wanita-wanita yang sholihah. Tetapi selama perubahan sistem tidak terjadi, maka yang terjadi adalah banyaknya wanita Islam yang hanya mengambil sebagian hukum yang menguntungkan dirinya dan menolak untuk melaksanakan hukum-hukum yang tidak menguntungkan mereka. Dari situlah lahir wanita-wanita yang memamerkan perhiasannya secara mutlak, hingga menimbulkan birahi bagi yang memandangnya, dan sekaligus bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Dan pada akhirnya timbul masyarakat non islami, yang tatanan interaksi di dalamnya rusak, sehingga mengalami banyak problema yang penyelesaiannya justru menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu untuk membentuk masyarakat yang islami harus mengubah sistem secara total karena sistem inilah yang menjadi dasar pemicu lahirnya masyarakat jahiliyah modern ini.

SECARA UMUM ALLAH MEMBOLEHKAN PERHIASAN

Pada ayat 26, 31 dan 32 dalam surat Al A'raf, Allah SWT berfirman sebagai berikut,

"Hai anak-anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu, begitu pula pakaian perhiasan. Tetapi pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah supaya mereka selalu ingat." (26)

"Hai keturunan Adam, pakailah perhiasanmu pada setiap sembahyang..." (31)

"Katakanlah : 'Siapakah yang mengharamkan (memakai) perhiasan Allah yang dikeluarkan untuk hamba-hambaNya dan rizqi (makanan) yang baik?' Katakanlah : 'Semuanya itu untuk orang-orang yang beriman saat hidup di dunia dan khusus untuk mereka pada hari kiamat.'" (32)

Dari ayat-ayat di atas bisa diketahui bahwa pakaian ada dua macam :

  1. Pakaian yang menutup aurat. Hal ini merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, sehingga manusia bisa terlindungi dari bahaya alam dan manusia, seperti kedinginan, panas dan rasa malu. (2)
  2. Pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini bukan kebutuhan mendasar, namun hanya kebutuhan sekunder dan sebagai penyempurna saja. (3)

Sedangkan pada ayat kedua, Ibnu Katsir berpendapat bahwa disunnahkan pada setiap sholat untuk berhias sebaik-baiknya. (4)

Dari sini bisa diketahui bahwa Islam sangat sesuai dengan fitrah / naluri manusia yang secara universal adalah makhluk yang menyukai keindahan dan kebersihan. Bahkan ukuran standart masyarakat terhadap seseorang biasanya dinilai dari perilakunya terhadap keindahan dan kebersihannya, meskipun penilaian itu tidak benar. Demikian pula wanita, dia selalu suka dengan hal-hal yang indah dan serasi. Biasanya wanita selalu memilih warna pakaian yang cocok dengan kulitnya. Inilah yang disebut naluriah alami.

DEFINISI TABARRUJ

Tabarruj diambil dari QS. Al Ahzab ayat 33, yang merupakan akar kata : [_______] yang artinya menampakkan perhiasan dan keindahan pada orang lain. (5) Sedangkan pendapat para ulama dalam mendefinisikannya berbeda-beda. (6) Al Mujahid berkata, Tabarruj adalah keluarnya wanita dan berjalannya di hadapan banyak laki-laki. Sedangkan Qotadah berkata bahwa tabarruj adalah jalannya wanita yang genit serta membuat-buat jalannya supaya tampak baik. Al Fara' berkata bahwa pakaian yang tipis dan membentuk tubuh (mensifati lekuk-lekuk tubuh) inilah yang disebut tabarruj. Taqiyuddin berkata, tabarruj adalah setiap perhiasan yang tidak biasa yang membuat laki-laki selalu memandangnya, dan perhiasan itu menampakkan keindahan-keindahan wanita. (7)

Dari definisi-definisi di atas, mengandung unsur-unsur yang tidak bertentangan, oleh sebab itu bisa digabung tentang makna tabarruj sebagai berikut :

Tabarruj yaitu penampakan perhiasan wanita yang diharamkan oleh Allah, dengan demikian penampakan keindahan-keindahan dari perhiasan tersebut jelas akan menjadi haram pula.

PENJELASAN DEFINISI TABARRUJ

Dari makna definisi di atas ada hal-hal yang bisa diketahui tentang penampakkan yang diharamkan dari keindahan-keindahan perhiasan :

  1. Perhiasan yang diharamkan oleh Allah pada wanita berdasarkan QS An Nuur : 31. Pada ayat tersebut dijelaskan supaya wanita tidak menampakkan semua perhiasan kecuali yang biasa nampak (tangan dan wajah).

    Menurut Asy Syafi'iyah : az zinah (perhiasan) ada dua :

    1. perhiasan dalam arti tubuh wanita
    2. perhiasan yang dibuat manusia, seperti anting-anting, kalung, pakaian dan lain-lain.

    Jadi seluruh tubuh wanita sebagai perhiasan yang harus ditutup, termasuk juga perhiasan yang dibuat manusia yang menurut estetikanya berada pada selain wajah dan tangan (dimulai dari pergelangan tangan) seperti leher dan telinga. Wanita yang memakai perhiasan seperti gelang, cincin dan arloji selama tidak berlebihan, boleh hukumnya. Penggunaan cat kuku, pacar untuk pewarna kuku, pewarna wajah, celak untuk mata hukumnya juga boleh, karena perhiasan-perhiasan tersebut berada pada daerah yang diperbolehkan untuk tidak ditutup.

    Diriwayatkan dari Bakiyah, dia berkata, bahwa saya mendengar Aisyah berkata,

    "Bahwa Rasulullah SAW tidak suka pada perempuan yang di tangannya tidak ada cat pewarna (pacar)." (8)

  2. Keindahan
  • Keindahan-keindahan yang berasal dari perhiasan yang diharamkan Allah, seperti pakaian yang mensifati lekuk tubuh wanita atau pakaian yang tipis, atau berpakaian namun masih terlihat leher dan rambutnya.
  • Keindahan-keindahan yang berasal dari perhiasan yang diperbolehkan oleh Allah, namun karena berlebihan (terlalu mencolok), sehingga menimbulkan birahi dan juga menimbulkan kecemburuan sosial, maka hal ini juga termasuk dalam kategori tabarruj dan hukumnya haram, seperti : lipstik, pemerah pipi yang mengandung syahwat parfum yang membangkitkan birahi, dan lain-lain.

Sedangkan lipstik untuk sekedar supaya tidak terlihat lusuh, dan parfum supaya menghilangkan bau badan maka hukumnya tidak termasuk tabarruj.

Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya parfum laki-laki adalah yang keras baunya namun warnanya lemah, sedangkan parfum wanita adalah yang keras warnanya dan lemah baunya." (HR Tirmidzi dan Nasa'i) (9)

Sedangkan hadits yang mengatakan jika perempuan berparfum dan lewat di majelis laki-laki adalah seperti pelacur, yang dimaksud hadits ini adalah parfum yang berlebihan dengan maksud supaya laki-laki tertarik padanya.

Jadi ada dua lafadz yang harus dipahami, yaitu tabarruj (etika berhias) dan zinah (perhiasannya). Selama Allah tidak mengharamkan perhiasan maka hukumnya boleh, namun bagaimana menggunakan perhiasan tersebut (etika berhias) ada aturan-aturan tersendiri. Untuk wanita terdapat aturan QS An Nuur : 31. Jika aktivitas berhias wanita ini bertentangan dengan aturan Allah, berarti dia telah menggunakan etika berhiasnya orang-orang jahiliyah (bodoh). Oleh karena itu wanita dilarang berhias seperti orang-orang jahiliyah (bodoh), sebagaimana dalam firman Allah QS Al Ahzab : 33. Sedangkan etika berhias untuk laki-laki agak dibebaskan oleh Allah. Laki-laki bebas berpakaian dan menggunakan perhiasan apa saja, seperti pakaian ketat, selama itu masih menutup aurat antara pusar sampai lutut. Namun untuk emas dan sutera diharamkan pemakaiannya, (10) dan ada juga sebagian ulama yang memakruhkannya.

Tiga ayat dalam QS Al A'raf adalah berbicara tentang perhiasan, sedangkan QS An Nuur : 31 adalah cara penggunaan perhiasan pada manusia, khususnya wanita. Jadi hukum tabarruj hanya berlaku bagi wanita.

PERNIKAHAN (WALIMAH) YANG ISLAMI

Setelah mengetahui makna tabarruj, maka hal-hal yang berkaitan dengan tabarruj hukumnya haram. Seperti kebanyakan masyarakat sekarang yang mengadakan resepsi pernikahan atau dalam acara yang lain masih sering bertabarruj. Misalnya dengan pakaian pengantin yang memperlihatkan aurat wanita, lipstik, pewarna wajah yang berlebihan, sehingga menimbulkan keinginan orang-orang untuk melihatnya. Agar terhindar dari tabarruj, seharusnya tempat pelaminan wanita diletakkan pada posisi yang hanya wanita saja yang bisa melihatnya. Jika demikian adanya maka bebas menggunakan perhiasan dengan tetap berprinsip tidak berlebihan, sebab tabarruj tidak terjadi karena dua hal :

  1. Pada kehidupan khosh (khusus) ; seperti di rumah, boleh berhias sekehendak hati.
  2. Pada sesama wanita dengan tetap berprinsip tidak berlebihan.

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian sendiri."

Surabaya, 1 Maret 1996 / 11 Syawal 1416

Qismu Dakwah Yayasan Al Haromain

Catatan Kaki :

  1. QS Ali Imran : 14. Menurut Ibnu Katsir, perhiasan berupa wanita dikarenakan oleh fitnah yang disebabkan wanita lebih berbahaya
  2. Ibnu Katsir, Juz II, Hal. 12
  3. Ibid., hal. 12
  4. Ibid., hal. 15
  5. Ibrahim Anis, Mu'zam Al Wasith, juz I, hal. 46
  6. Ibnu Al Jauzy, Ahkamun Nisa', hal. 122
  7. Taqiyuddin An Nabhani, Nidhom Al Ijtima', hal. 104
  8. Ibid., hal 164
  9. Ibrahim Muham Jamal, Fiqh Al Mar'ah Al Muslimah, hal. 73
  10. Yusuf Qordhowi, Al Halal wal Haram fil Islam, hal. 80

Hikmah Air Dalam Olah jiwa

Hikmah Air dalam Olah Jiwa

Bercermin dari Masaru Emoto : "The True Power Of Water"

Resensi Oleh : Redaksi 23 Aug 2006 - 3:58 pm

Oleh: Kartika Pemilia Lestari *)

Peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan dan informasi positif. Sudah banyak "ayat-ayat" Allah ditunjukkan, tapi kita jarang mensyukurinya

Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternative dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka "layak" disebut sebagai cara yang tidak rasional. Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.

Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "The True Power Of Water" [Hikmah Air dalam Olahjiwa], (MQS Publishing, 2006), merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.

Temuan Masaru memrupakan hasil kerja kerasnya sebagai wujud kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Ia bahkan melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin dan Prancis.

Temuannya itu kemudian ia bawa ke markas Besar PBB di New York bulan Maret 2005 lalu.

Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian selama 2 bulan bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ahli sains yang mahir menggunakan mikroskop). Masaru yang menyelesaikan pendidikannya di Yokohama Municipal University Departemen Kemanusiaan dan Sains jurusan Hubungan Internasional berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada suhu -25 derajat Celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Lalu ditelitilah air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, serta suara. Hasilnya luar biasa, sebagaimana yang sudah dibaca banyak orang. Air, katanya, bisa menerima pesan.

Bahkan dalam bukunya yang lain, "The Hidden Message in Water", Masaru mengatakan, air seperti pita magnetik atau compact disk.

Kata-Kata

Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air akan membentuk kristal. Jika kata positif yang diberikan, maka kristal yang terbentuk akan merekah luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh, seakan ingin menggambarkan gerakan tangan air yang sedang mengekspresikan kenikmatannya.

Sebaliknya, jika kata-kata negative yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. Mungkin juga air dapat merasakan perasaan orang yang menulis kata tersebut. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika air diberi kumpulan kata yang merupakan doa?
Subhanallah, kekuatan air yang sudah menerima kata-kata itu, terutama untuk penyembuhan tentu sangat besar. Apalagi kumpulan kata yang merupakan doa tersebut bukan kata-kata biasa, tapi berasal dari Allah SWT dan diucapkan oleh orang shaleh pilihan Allah SWT.

Dr. Masaru sendiri menggunakan kekuatan air untuk pengobatan dengan menemukan efek gelombang energi yang dia sebut sebagai HADO (energi atau kumpulan getaran yang ada pada sebuah benda). Lalu dengan HADO inilah Dr.Masaru bisa memformat efek energi air untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pengobatan dengan HADO ini merupakan salah satu cara pengobatan alternative.

Menurut Masaru, banyak peneliti saat ini mulai mempelajari berbagai pengobatan alternative karena merasakan beberapa kekurangan dalam obat konvensional Barat, yang hanya mampu mencapai level sel yang menyebabkan gejala penyakit. Sedang air HADO mampu mengobati penyakit hingga ke dalam partikel sub atom terkecil. Sudah ada beberapa pasien Dr.Masaru yang sembuh setelah meminum air HADO.

Penerima Informasi

Berdasarkan penelitian Dr.Masaru, semakin jelas terlihat bahwa kualitas air dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk, bergantung pada informasi yang diterimanya. Hal ini membuat kita yakin bahwa kita, manusia, juga dipengaruhi oleh informasi yang kita terima karena 70% tubuh manusia dewasa adalah air.

Konsekuensi logisnya adalah manusia, sebagai makhluk yang sebagian besarnya terbentuk dari air, sudah seharusnya diberikan informasi yang baik. Jika kita melakukan hal ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat. Di pihak lain, jika kita menerima informasi yang buruk, kita akan merasakan sakit.

Ambil contoh begini; Sebagian orang mengatakan bahwa mereka merasa lebih baik hanya dengan berbicara kepada dokter. "Efek placebo" ikut berperan saat dokter yang mereka percayai berkata, "ini cuma flu biasa, Anda hanya perlu banyak istirahat. Jangan khawatir, Anda akan segera sembuh."

Dengan mendengarkan kata-kata dokter tersebut, rasa cemas dan takut dalam diri mereka benar-benar hilang. Kata-kata tersebut membangunkan kekuatan untuk menyembuhkan diri sendiri, yang memang sudah ada dalam tubuh manusia.

Pada zaman dahulu seorang dokter adalah orang yang juga ahli dalam bidang agama, seperti pendeta atau tabib sehingga dia tidak hanya memberikan solusi secara konvensional, namun sekaligus memberikan "efek placebo" lewat kata-kata positif berupa doa atau motivasi yang sarat nilai spiritual.

Hal ini juga berlaku bagi konselor yang harus mempunyai kemampuan untuk mengirim gelombang yang baik agar bentuk gelombang abnormal pada pasien dapat diperbaiki.
Efek kata-kata juga bisa menimbulkan perilaku negative. Orang acapkali melakukan bunuh diri setelah membaca informasi tentang materi bunuh diri. Sekitar dua puluh tahun lalu seorang idola remaja di Jepang melakukan bunuh diri. Dengan cepat berita tersebut menyebar, banyak remaja-remaja lain mengikuti jejaknya. Kejadian tentang hantu pembunuh di Jepang juga mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Nikmat yang mana lagi?

Mari kita ingat kembali bahwa air yang diberikan kata-kata positif akan menyusun kristal-kristal yang indah. Air mempersembahkan kepada kita makna yang mengagumkan bahwa kita seharusnya menjalani hidup dengan cara yang baik, serta tetap menjaga kesehatan pikiran dan tubuh kita serta berikankata-kata yang positif (informasi) yang baik kepada manusia, yang 70% tubuhnya adalah air.
Sungguh kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah SWT yang diwujudkan-Nya berupa air.

"Allah-lah yang telah mMenciptakan langit dan bumi serta menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia Mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah Menundukkan (pula) bagimu supaya behtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai." (QS. Ibrahim : 32).

Sebagai penutup, dalam sebuah karya ilmiah yang ditulis Dr. Akiko Sugara dari Jurusan Ilmu Kesehatan Universitas Tokyo tentang HADO dalam makanan membuktikan efek buruk daging babi pada orang yang memakannya.

Bersandar pada Dr. Masaru Emoto dan Dr. Akiko Sugara kita dapat memahami betapa luar biasa yang diberikan Allah kepada manusia, meski terkadang otak kita tidak sampai kepadanya. Pertanyaanya, lalu nikmat yang mana selain kita senantiasa bersyukur kepadaNya? (Hidayatullah.com)

Wallahu'alam bishshawwab

*) Penulis lulusan FISIP Unair

Sumber: www.swaramuslim.net