Jumat, 22 Juni 2007

Redefinisi Islam

Redifinisi Islam

Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam Islam secara total. Dan janganlah mengikuti langkah-langkah syetan. Sungguh syetan adalah musuh yang nyata bagimu.

­­ – Al Baqarah : 208 –

Redifinisi Islam maksudnya bukanlah Islam yang ada sekarang ini salah atau rusak. Redifinisi Islam hanya bermaksud berusaha menjelaskan betapa banyak umat Islam yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang agamanya. Pemahaman yang tidak benar ini dapat berakibat kaburnya pengertian Islam yang sesungguhnya, atau lebih fatal lagi adalah penyimpangan umat Islam dari perilaku Islam tetapi tetap merasa masih berada dalam koridor Islam. Dalam sebuah hadist Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa suatu zaman akan tiba dimana umat Islam keluar dari perilaku yang seharusnya, seperti anak panah yang keluar dari busurnya.

Jika umat Islam saja sudah tidak memiliki pengertian yang benar terhadap agamanya, maka bagaimana lagi umat selain Islam? Di tengah masyarakat muslim sekarang ini banyak yang tidak sadar telah mengira bahwa Islam hanya merupakan peribadatan kepada Allah belaka yang itupun dilakukan sendiri-sendiri.

Islam adalah agama yang dapat menentramkan batin yang resah, menyelamatkan dari murka Allah. Tapi itu semua dipresepsi secara individual. Allah seakan-akan menyuruh manusia untuk baik sendiri-sendiri. Padahal jelas sekali diungkap dalam berbagai ayat dan hadist bahwa keutamaan umat ini hanya dapat muncul jika mereka dapat membentuk satu kesatuan jamaah yang komit (iltizam) dengan pelaksanaan syariat ilahiyyah. Seruan amar ma’ruf nahyi munkar memang masih berkumandang di tengah umat Islam. Tapi seruan itu belum efektif di tingkat operasional. Oleh karena itu umat tidak memiliki satu sekastuan jamaah yang solid.

Ada pula umat Islam yang sibuk dalam urusan pembenahan sholat belaka. Fokus perhatiannya dalam sholat nyaris hanya pada bagaimana sholat khusyu’ dan sah atau tidaknya sholat. Padahal bagian dari kebaikan sholat yang harus menjadi perhatian adalah bahwa sholat harus menjadi motor yang menggerakkan seorang mukmin guna menegakkan yang makruf dan menghancurkan yang munkar. Bahasa al Qurannya adalah bahwa “Sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”.

Ada pula umat Islam yang larut dan sibuk hanya mencari kebaikan dirinya sendiri. Itu dilaksanakan dengan membersihkan penyakit hati. Untuk itu ia banyak melakukan wirid-wirid batin. Perilaku itu akan benar jika mereka juga terlibat aktif dalam kegiatan penegakan Islam secara keseluruhan. Perilaku generasi Islam pertama disebut dengan “Rubbanun fil Lail wa Fursanun fin nahar” (rahib di malam hari dan aktifis di siang hari).

Seorang muslim selayaknya untuk melakukan penataan total sampai akhirnya Islam itu tegak. Penataan dimaksud dimulai dari penataan diri sendiri yang meliputi penataan sistem dan pola berpikir, penataan sistem perasaan, penataan sistem akhlak, dan penataan seluruh potensi diri sehingga dapat digerakkan guna menciptakan kebaikan Islam. Selanjutnya adalah penataan keluarga yang meliputi penataan sistem hubungan suami-istri, penataan hubungan bertetangga dan sistem berhubungan dengan para famili. Kemudian adalah penataan kemasyarakatan, penataan negara sampai akhirnya tegaknya komitmen Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

Dari penjelasan di atas penulis menekankan bahwa seorang muslim adalah seorang yang progresif sekaligus dinamis. Progresif maksudnya adalah bahwa seorang muslim memiliki visi yang fleksibel dan moderat. Di samping itu sistem berfikirnya juga kontekstual (up to date). Seorang muslim tidak boleh mengira bahwa budaya manusia itu diam dan tidak berkembang. Pemikiran seperti ini hanya akan memenjarakan Islam pada satu bentuk peradaban yang stagnan dan tidak berkembang. Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan dalam buku “al Islam Kama Nu’min bihi wa Dhawabith wa Malamih” mengatakan bahwa Islam sangat menghargai setiap peradaban manusia yang manapun asal ia baik. Sehingga sebagai sebuah sistem, Islam terbuka menerima pengkayaan yang tentu saja bukan pada wilayah qat’iy atau prinsip. Dalam buku itu Qardhawi juga menyampaikan terdapat dua puluh prinsip dalam memahami Islam sebagai aqidah yang tetap relevan dengan perkembangan zaman dan tempat.

Islam adalah Agama Manusia

Kesalahan berfikir manusia terhadap Islam adalah mengira bahwa Islam itu beranekaragam sesuai dengan beranekaragamnya wilayah teritori kediaman manusia. Sehingga ada sebutan Islam Arab, Islam Eropa atau lainnya. Sementara itu sebagai bagian dari diskusi akademis ada pula sebutan Islam pemikiran, Islam murni, Islam dinamis, Islam aktual dan sebagainya. Penyebutan Islam seperti itu hanya akan menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh budaya atau permikiran terhadap Islam ketimbang sebaliknya. Apa yang dilakukan Rasulullah saw dulu bukanlah “mengarabkan Islam” tetapi “mengislamkan Arab”.

Hakikat kehadiran Islam adalah mengislamkan manusia pada seluruh sisinya. Jikapun teknologi mengalami perkembangan fantastis, tetapi manusia tidak pernah bergeser sedikitpun dari status kemanusiaannya. Jika sasaran Islam adalah manusia, maka Islam selamanya akan tetap relevan sebagai sebuah agama selama masih ada manusia.

Islam yang Kita Dakwahkan

Umat Islam tidak boleh kita biarkan larut dalam pemahaman yang salah atau pemahaman yang terbelah tentang Islam. Perbedaan pergerakan mendakwahkan Islam tidak lantas menyebabkan bahwa Islam itu berbeda-beda. Sebagaimana dikatakan di atas ada Islam Asia, Islam Eropa, Islam Afrika, Islam Sunni, Islam Salafi, Islam Syiah dll.

Islam yang kita dakwahkan bukanlah Islam yang dibatasi oleh sekat geografi, individu, periode, etnis, zaman ataupun mahzab. Islam yang kita dakwahkan haruslah Islam sejati yang bersumber dari Al Quran dan sunnah dengan qudwah (teladan) sentralnya adalah Muhammad saw. Islam yang kita dakwahkan haruslah Islam yang prinsipnya harus dipahami dan mengisi keseluruhan ruang pemikiran dan perasaan seseorang. Kemudian Islam yang lahir dalam sebentuk amalan serta kekuatan yang menggerakkan seluruh aktifitas kehidupan seseorang.

Seseorang harus dikenalkan bahwa seluruh media dalam kehidupannya adalah sarana yang layak digunakan sebagai sebentuk peribadatan kepada Allah. Seluruh permukaan bumi Allah ini adalah ruang peribadatan yang dapat kita gunakan untuk Allah. Islam yang kita dakwahkan haruslah Islam yang menimbulkan keyakinan bahwa perubahan atas manusia hanya bisa dilakukan jika manusia mengikut pada sistem Allah yang menciptakan manusia. Perubahan menuju kebaikan tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia dengan ijtihad kemanusiaannya. Oleh karena perkembangan kemampuan berfikir manusia sangat bergantung dengan pranata sosial yang mendukungnya.

Islam yang kita dakwahkan adalah Islam yang menghargai peran akal selama digunakan secara konstruktif, bukan untuk tujuan destruktif. Islam membenarkan seorang muslim berijtihad dengan cara yang syar’iy dan mencela ijtihad juhala (ijtihad orang bodoh). Islam yang kita dakwahkan adalah Islam yang menyerukan agar manusia tunduk sepenuhnya kepada Allah. Ketundukan kepada Allah membutuhkan peran aktif seorang muslim. Islam yang kita dakwahkan adalah Islam yang menyerukan tegaknya satu kesatuan jamaatul muslimin. Seluruh umat Islam harus digerakkan menjadi umat yang bersatu bersama dalam tegaknya jamaatul muslimin. Dan harus diketahui bahwa tegaknya jamaatul muslimin hanyalah langkah pertama dari penegakan din Islam sebagai minhaj al hayyah (sistem anut kehidupan manusia).

Tidak ada komentar: