Jumat, 22 Juni 2007

Ukhuwah Islamiyah: Mitos atau Realitas

Ukhuwah Islamiyah : Mitos atau Realitas

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

Al Hujurat : 10

Diantara keistimewaan Islam adalah diakui adanya hubungan persaudaraan diantara seluruh mereka yang menganut Islam. Hubungan tersebut melebihi hubungan persaudaraan sedarah. Kata-kata ikhwatun yang berasal dari akar kata al-akh mempunyai makna hubungan saudara sedarah. Sementara memang terdapat kata lain, yaitu ikhwanun yang berarti hubungan persaudaraan tidak sedarah.

Jika Al-Quran lebih menggunakan istilah ikhwatun bukan ikhwanun, ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan persaudaraan dalam Islam. ikatan dasar persaudaraan adalah aqidah, aqidah rabbaniyah. Aqidah rabbaniyah ini bersifat lintas waktu dan tempat. Dengan demikian persaudaraan Islam adalah persaudaraan yang bukan diikat oleh kepentingan darah, kesukuan, bahasa, bangsa atau diikat oleh ikatan in-group lainnya. Persaudaraan ini dibangun oleh sebuah perasaan bahwa mereka memiliki Ilah yang sama yang mereka yakini kebesaranNya, kekuasaanNya dan segala keMahaanNya.

Disamping itu, persaudaraan ini juga dibangun oleh satu keyakinan bersama bahwa mereka harus menjalankan syariah yang sama yang terkandung dalam minhaj asasi, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Wal hasil persaudaraan Islam adalah sebuah persaudaraan dengan tekad pembangunan yang haq secara optimal dan komunal, dan penghancuran kebatilan secara mendasar. Persaudaraan Islam adalah persaudaraan dalam penyembahan satu-satunya Rabb al-Alamin (Tuhan semesta alam). Persaudaraan Islam juga adalah persaudaraan dalam jihad, dalam muamalah dan dalam pencapaian kesuksesan kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, persaudaraan Islam adalah persaudaraan yang amat memperhatikan tegaknya kelayakan individu dan kelayakan sosial seseorang. Persaudaraan Islam amat membenci kezaliman, hatta pada satu individu belaka. Semua tata aturan yang menyebabkan tegaknya persaudaraan Islam itulah telah termaktub dalam Al-Quran dan sunnah.

Melongok Sejarah Muslim Awal

Akan menjadi musykil jika sebagai ajaran gagasan besar Islam tidak dapat terimplementasikan. Fakta sejarah menunjukkan bahwa ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam betul aplikatif dalam kehidupan muslim awal. Persaudaraan mereka terbangun atas suatu kesadaran bahwa mereka adalah manusia (Al Hujurat : 13), yang oleh karenanya mereka harus saling mendukung tegaknya rasa dan nilai kemanusiaan. Penindasan sesama manusia oleh manusia hanyalah menciderai kelangsungan kemanusiaan normal belaka. Merendahkan manusia hanya akan berakibat pada kerusakan kemanusiaan cepat atau lambat. Oleh karena itu mereka sadar bahwa mereka harus saling mendukung tegaknya prinsip kemanusiaan.

Bukan tidak pernah terdapat interupsi dalam sejarah kemanusiaan muslim awal, namun hal tersebut dapat segera terselesaikan dengan segera. Di saat Abu Dzar al Ghiffari pernah pongah dan menyebut Bilal bin Rabbah sebagai anak budak berkulit hitam legam, tentu saja pernyataan itu amat meresahkan Bilal. Resah oleh karena ternodainya perasaan kemanusiaan Bilal, dan ia khawatir jika perilaku Abu Dzar dapat menjadi alasan generasi berikutnya untuk saling menghina padahal mereka adalah sesama muslim. Hal itu dinyatakan kepada Rasulullah saw. Dan Rasul pun menunjukkan kemarahannya yang amat sangat atas perilaku Abu Dzar.

Penodaan atas kehormatan kemanusiaan hanya akan menanamkan permusuhan yang sulit terobati. Abu Dzar pun menjatuhkan dirinya dan meminta Bilal untuk menginjak mukanya, sebagai balasan atas kepongahan dirinya. Di saat lain Umar ra. pernah mengatakan “Siapa yang pernah membenarkan kalian untuk memperbudak atau menghinakan manusia yang kelahirannya sama seperti kalian?” dan apa yang membenarkan kalian untuk merasa lebih manusia dari yang lain.

Selanjutnya persaudaraan Islam generasi muslim awal juga dibangun oleh karena mereka adalah orang Islam. Yang setelahnya bukan harus berbangga, tapi keislaman adalah sebuah karunia yang sekaligus amanah. Mereka harus mengenalkan kepada seluruh masyarakat manusia bahwa Islam sajalah satu-satunya yang mampu memelihara nilai-nilai kemanusiaa. (Ar Ruum : 30). Oleh karena itu mereka merasa seperti satu tubuh, yang harus saling bahu membahu membangun tegaknya Islam. mereka tidak melihat kelebihan seseorang kecuali pada taqwanya dan keberanian jihadnya. Mereka amat mencintai saudaranya oleh karena mereka mencintai Tuhannya, Rasulnya, agamanya dan diri mereka sendiri.

Rasulullah marah sekali ketika persaudaraan mereka nyaris hancur. Khususnya setelah terjadi provokasi Yahudi kepada kaum Anshar yang mengingatkan mereka kepara permusuhan jahiliyah. Kemarahan Rasul ditandai dengan kekhawatiran jika umat itu berantakan. Misi Islam yang rahmatan lil-‘alamin, bagaimana mungkin dapat terlaksana dengan baik jika pengembannya saja ternyata terjebak pada sikap saling menohok satu dan lainnya. Jelas dan pantas saja Rasulullah harus mengintervensi setiap celah yang menyebabkan hancurnya persaudaraan Islam. selalu saja Rasulullah saw mengingatkan mereka akan pentingnya suatu persaudaraan. Toh, memang untuk bersaudara dengan baik memang bukan satu pekerjaan mudah.

Pada saat Rasulullah masih hidup, satu kalipun ia tidak pernah memerintahkan satu pembunuhanpun terhadap orang munafiq. Namun setelah wafatnya beliau, begitu mudahnya darah sesama Islam tertumpah. Terbunuhnya Utsman bin Affan, terbunuhnya Ali ra. Diracunnya hasan bin Ali sampai mati, sementara Husein bin Ali dipenggal kepalanya di padang Karbala.

Abu Darwis al Khulaini berkata, ia pernah mendengar Hudzaifah bin Yaman berkata. Manusia bertanya kepada Rasullulah tentang kebaikan, sedangkan aku menanyakan kepada beliau tentang keburukan. Aku khawatir barangkali itu akan menimpaku. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam kondisi jahiliyah dan keburukan, kemudian Allah swt mendatangkan kepada kami kebaikan agama ini, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan?” Rasulullah menjawab ya, aku bertanya lagi. “Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan lagi?” Rasul menjawab “Iya dan padanya ada asap” maka aku kemudian bertanya lagi “Apakah asap itu?” selanjutnya Rasulullah bersabda, “Yaitu sekelompok orang yang memberi petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau akan mengetahui mereka dan engkau akan mengingkari mereka”. Aku bertanya lagi, “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan lagi?” Rasul menjawab “Ya, yaitu orang yang menyeru kepada pintu-pintu jahanam, siapa saja yang menanggapi seruan mereka, maka mereka akan mencampakkan ke dalam jahannam”. Aku berkata “Ya Rasulullah beritahukanlah ciri-ciri mereka kepada kami”. Rasul berkata,”Mereka sama kulitnya dengan kulit kita, berbicara dengan bahasa kita”. Aku bertanya lagi, “Apa perintahmu jika aku mengetahui mereka?” Rasulullah bersabda, “Komitlah dengan jamaah kaum muslimin dan imam mereka”. Aku bertanya,” Jika jamaah kaum muslimin dan imamnya sudah tidak ada lagi bagaimana?”. Rasul bersabda,” Hindarilah semua kelompok itu, sekalipun engkau harus menggigit akar pohon hingga engkau mati dalam keadaan seperti itu”.

Fakta Indonesia

Dengan jumlah umat lebih dari 87% dan tersebar merata di seluruh pelosok Indonesia, ternyata umat Islam belum mampu menunjukkan hadir dan hidupnya persaudaraan Islam. bahkan kini tengah berhadapan dengan fitnah terbesar (fitnah al-Kubro). Umat Islam Indonesia kembali dihadapkan pada bertele-telenya persoalan internal umat sendiri. Itupun bukan dalam rangka penyelesaian persoalan dimaksud, tapi saling serang dan tuding. Ada pula yang mencampakkan Islam walau tetap menyebut diri mereka muslim dan menyebut muslim yang lain halal darahnya.

Indonesia kini menghadapi realitas memilukan, awan persaudaraan Islam semakin memerah. Di beberapa tempat malah telah mengucurkan tangis dan darah. Maluku, Poso, Sampit, Palangkaraya, Sambas, Aceh, dan ... adalah daftar betapa jahatnya kita sekarang ini. Anehnya ada kelompok orang yang berani mati demi membela satu orang yang belum tentu benar. kenapa semangat berani mati mereka itu tidak diarahkan saja untuk menghancurkan segala kezaliman yang nyata-nyata terjadi?

Istighosahnya Rasulullah saw

“Ya Allah, penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika engkau membinasakan segolongan orang ini dari pemeluk Islam, maka sekali-kali Engkau tidak akan disembah di muka bumi”. Doa itu diucapkan Rasulullah saw tanpa henti dan menangis. Sampai sorbannya terjatuh berulang kali. Abu Bakar yang menemaninya berulang kali pula meletakkan sorban itu dan berbisik, “Cukuplah ya Rasullullah, Allah swt pasti akan mengabulkan doamu”. Benar Allah swt mengabulkannya dengan menurunkan seribu bala tentara malaikat (Al Anfaal : 9-10). Itulah peristiwa Badar, ketika para shahabat tertidur, Rasul menangis dan berdoa kepada Allah swt. Jikapun itu istighotsah, itulah dia, tidak dengan memblokir jalan atau pelabuhan, tidak dengan menghujat makhluk.

Di saat seperti ini, di saat ujian terhadap persaudaraan mukmin tengah terjadi, selayaknyalah orang mukmin bangun di saat sahur, sujud dan berdoa kepada Allah, meminta kepadaNya agar persaudaraan Islam tidak hancur di negeri ini. meminta kepadaNya agar umat Islam Indonesia dapat saling mencintai dan membangun ketenteraman berdasarkan syariat. Bangunlah wahai orang mukmin, bangunkanlah saudaramu untuk mohon ampun kepada Allah sebelum awan merah semakin banyak menjatuhkan hujan darah dan tangisan.

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar: